ENERGY EFFICIENCY IN MARINE VESSELS

Sudah lama sekali saya tidak berkunjung ke laman blog ini, saya kira sudah penuh dengan jaring laba – laba dan berdebu karena kelamaan tidak ditengok . Namun sebenarnya saya takut lupa user name dan passwordnya hahahahahah

Judul terpaksa harus bahas inggris biar eye cathing hehehe karena saya tidak menemukan padanan yang pas dan keren bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, jadi yaa sudahlah. Topik mengenai efisiensi energi di industri perkapalan sedang menjadi trend saat ini. Isu tentang keterbatasan bahan bakar, polusi dan besarnya biaya yang harus ditanggung untuk mengeoperasikan kapal menjadi faktor utama orang meakukan efisiensi energi di kapal yang mereka punya.

Pelayaran secara global mengkonsumsi sekitar 300 juta metric ton bahan bakar dalam setahun, yang terdiri dari HFO dan MDO. Dalam beberapa dekade belakangan, harga BBM telah mengalami volatitas dan ketidak stabilan harga. Hal ini mendorong beberapa desainer dan pemilik kapal untuk membuat kapal yang memiliki sumber bahan bakar yang lebih fleksibel untuk menghadapi hal tersebut, naaaah hal tersebut juga menyangkut isu lingkungan yaitu tentang menurunkan kadar emisi dalam rangka memerangi global warming. Selain isu tersebut, cost model dari industri perkapalan juga sudah berubah dari capital cost model menjadi fuel cost.

Menurut riset yang dilakukan oleh Clarkson researh service, industri perkapalan menghabiskan biaya untuk bahan bakar sekitar USD 200 miliar pertahun, dan biaya bunker di tahun 2012 meningkat 4x dibandingkan engan bunker cost di tahun 2004.

Dengan bercermin pada fakta diatas, efisiensi energi menjadi lebih memiliki daya tarik bagi para pemilik dan operator kapal karena adanya faktor ekonomi yang cukup besar disitu.

Naah..bagaimana menigkatkan efisiensi energi??? prinsip dasarnya adalah energi yang ada di kapal itu dimana dan digunakan untuk apa saja. Jadi pertanyaan diawal paragraf ini lebih tepatnya adalah where does the energy and the money go?

Memahami keseimbangan energi di kapal sangat penting untuk menghitung potensi penghematan energi yang digunakan. Keseimbangan energi bisa dikalkulasi berdasarkan dokumen desain kapal dan memverifikasinya secara langsung di kapal ( on board verification). Verifikasi di kapal juga akan menilai dan menghitung energi yang diperlukan oleh setiap perlengkapan yang ada di kapal. Hasil perthitungan ini digunakan untuk menyusun diagram/matriks kesetimbangan energi.

Energy balance graph

Diagram keseimbangan energi memberikan informasi mengenai konversi energi yang terjadi di kapal, dari mekanikal menjadi energi listrik untuk berbagai keperluan. Dari diagram di atas, kita bisa melihat bahwa sebagian BBM yang digunakan porsi terbesarnya habis menjadi panas yang diakibatkan oleh pembakaran mesin. seandainya panas porsi waste heat diatas menjadi lebih kecil, maka energi yang bisa dimanfaatkan seharusnya lebih besar atau BBM untuk menghasilkan energi yang diperlukan lebih kecil. “Less fuel = less cost”

CAMP PRAGA 2018: NOVEMBER CERIA

47040480_10214635972867158_8692260409710739456_o

Hitungan ke -3 teriak horeeee

Dibenak saya sebenarnya sudah terbayang bahkan sebelum kemah ini dilaksanakan, judul artikelnya nanti “ November Rain” sebab saya begitu yakin bahwa hujan akan turun selama kemah berlangsung. Namun angan terkadang memang jauh dengan kenyataan, hujan yang turun di perkemahan seakan tidak serius sama sekali.

Kemah ke-2 tahun ini dilakukan di bumi perkemahan sendi, berlokasi sebuah desa kecil di lereng pegunungn welirang yang dilintasi jalan kabupate Mojokerto – Batu via cangar. 18 Tahun yang lalu, saya pernah jalan Pacet – Cangar dan sueepiiiii, sepanjang magrib hingga jam 11 malam tidak ada seorangpun yang menyalip, baik itu mobil, motor apalagi manusia iseng yang jalan kaki gelap – gelapan. Waktu itu event latgab pramuka perti ITS-UNAIR-UGM , dan tidak ada rencana penjelajahan malam Pacet – cangar. Penjelajahan ini terjadi karena truck TNI AL yang kita sewa tidak kuat menanjak lengkap dengan penumpanganya, pak sopir hanya bersedia mengankut tas carrier kami semua. Jadilah penjelajahan itu ada hehehehehe. Akan tetapi sekarang kondisinya sudah jauh berbeda, ramai sekali, banyak warung 24 jam bahkan tengah malam pun masih terdengar suara motor yang sedang melewati jalan ini.

Buper sendi sendiri merupakan sebuah lapang dipinggir tebing, berbatasan langsung dengan barisan perbukitan yang membentang hingga puncak welirang. What breathtaking view, apalagi bila pagi hari. Di pagi hari maka imajinasi lukisan anak SD tahun80/90 – an saat mendapat tugas untuk menggambar pemandangan akan terwujud nyata, dua buah puncak dengan matahari yang bersinar tepat di tengah. Kemudian bila mengarahkan pemandangan kearah utara, bisa dilihat kota kecil pacet dan barisan sawah kecil nun jauh dibawah. Dan gunung penanggungan yang berdiri kesepian di sana.

Oh ya, perkemahan kali ini komposisi newbie 60%, jadi sangat menyenangkan bertemu dengan temen – temen baru, mendapatkan sudut pandang baru dan secara otomatis menyesuaikan kegiatan dengan para peserta baru. Saya tiba di buper hari jum’at malam selepas isya, hamper semua peserta sudah tiba dan tenda – tenda sudah terpasang, bahkan aktifitas memasak sudah berjalan. Lah ini sih mungkin baru berkemah dengan praga, tapi kayaknya sudah tidak asing dengan kegiatan kemah. Sangat jauh bila dibandingkan dengan kondisi praga baru yang berkemah di tahun 2014.

46814193_10214635963426922_5982847082065559552_n

47580470_10212054692114189_8608591929933824_n

Warung baru buka, harap sabar

Malam ini aktifitas diawali dengan api unggun yang tidak diperbolehkan oleh kakwarnas gyhahahahhahaaha dan perkenalan peserta, dengan berdiri melingkari api unggun, upacara pembukaan dan sesi perkenalan setiap peserta dilakukan. Tidak ada pentas seni mala mini karena fokus kegiatannya adalah perkenalan setiap keluarga dan untuk mengakrabkan seluruh elemen perkemahan. Mungkin bagi yang sudah berkemah dengan praga dan sempat ikut latihan rutin bersama, sudah tidak asing dengan kepanitiaan perkemaan yang amboy dan misterius ini hehehehee. Namun hal tersebut kan tidak berlaku bagi anggota perkemahan yang baru bergabung. Selepas sesi api unggun, kami istirahat untuk persiapan giat esok hari. Udara malam ini sangat dingin, bahkan jauh lebih dingin dari coban rondo yang menurut saya sudah dingin. Sudah tidur pake jaket, berselimu dan pake sleeping bag pun masih lebih dingin dari AC rumah. Dan Bihan nggak mau tidur hingga menjelang jam 1 pagi, jadi pas sudah. Bocah satu ini acaranya banyak betul, yang minta susu, kemudian makan sop, setelah itu minta air putih lalu makan lagi. Gitu aja terus sampe tengah malam hadeeeeeee. Tapi ya sudahlah itu bagian dari kehidupan berbangsa dalam perkemahan keluarga.

Menjelang subuh, wuuuh tambah dingin. Selepas subuh, aktivitas di perkemahan mulai bergeliat, anak – anak bahkan sudah berlairan kesana kemari, sebgaian bermain dengan sisa unggun tadi malam atau antri di toilet. Memasak di perkemahan adalah salah satu kegiatan yang paling ditunggu, menu yang paling popuer umumnya adalah mi instant. Diakui atau tidak, menu mi instan memang sangat nikmat dan menggoda di perkemahan, mudah, cepat dan enak hehehehehe. Namun ada juga yang memasak layaknya masakan rumah semisal nasi goring, sop maupun tumis. Dulu tim Pembina pernah membuat sate daging, pecel dan sayur lodeh di perkemahan – perkemahan lalu. Tapi kali ini karena persiapan yang kurang optimal maka model masakan aneh di perkemahan itu tidak sempat kita buat.

46971577_10214635971467123_6594472750255964160_o

Selepas sarapan, kita melakukan upacara bendera dan senam pagi untuk persiapan penjelajahan. Senam pagi kali ini sangat istimewa karena dipimpin oleh seoarnag instruktur porfesional, kak Tatto. Hanya beberapa gerakan saja yang beliau berikan, namum sudah bikin kita ngos ngosan. Entah gerakan senamnya atau memang fisik kita yang payah hingga ngos – ngosan. Selepas senam harusnya kita penjelajahan, namun sedikit tertunda karena tim survey rute belum kembali ke perkemahan. Penjelajahan kali ini konsepnya adalah mencari jejak, jadi anak – anak harus memperhatikan beberapa petunjuk jalan yang sudah ditinggalkan di sepnajang rute. Agak berbeda konsepnya kali ini, biasanya kita menjadi penunjuk jalan tapi kali ini merekalah yang harus mencari jalan.

47078980_10214635968427047_356726166695968768_o

Seluruh peserta di bagi menjadi 4 kelompok untuk melakukan penjelajahan, dan ada jeda 5 – 10 menit waktu keberangkatan antar kelompok. Saya sendiri masuk menjadi pendamping kelompok 3. Rute penjelajahan merupakan bagian dari taman hutan raya R Soerjo, yang merupakan salah satu kawasan hutan lindung. Meski ada jalan setapak namun kondisinya masih jauh lebih hutan dari pada coban rondo ataupun kawasan trawas. Masih banyak pohon besar bukan tanaman produktif, ditambah kaliandra yang menambah lebatnya kawasan ini. Dibuat latihan ESAR cocok ini. Anak – anak juga kelihatan senang melihat banyak buah dan pohon yang bentuknya aneh,segala macam daun ditanyakan. Apalagi bagi mereka yang berjalan paling depan, perdebatan untuk menentukan apakah tanda jejak ini berupa larangan atau belok arah juga seru. Yang paling kita tekankan dalam pengarahan sebelum penjelajahan adalah “ Jangan pernah merubah tanda jejak!”. Waktu kalimat itu diutarakan, sebagian peserta senyum-senyum sendiri, entah mereka paham dengan konsekuensinya atau malah senyum jahat keisengan untuk membuat kelompok belakang kebingungan. Tapi tenang, kami dari tim Pembina sudah siap mencari bila ada kelompok yang hilang, toh hilangnya juga masih di sekitar Sendi ini.

47132549_10214635967507024_3347568592211148800_n

Hoi.. jalannya lurus kesana loh

Rute penjelajahan kali ini sangat pendek bila dibandingkan dengan penjelajahan yang pernah kita lakukan selama kemah praga, namun halangan yang ada di rute cukup banyak dan menantang bagi anak – anak. Pohon tumbang yang melintang jalan, deretan pohon salak yang membentuk gua, jalan yang curam serta semak belukar yang kadang merintangi secara mendadak menjadi tantangan tersendiri. Memang sih cukup singkat perjalanannya, sekadar mengingatkan kita pernah jelajah mulai jam 9 pagi hingga kemabil ke perkemahan jam 14.30 dengan break selama 1 jam di tengah perjalanan. Jadi bagi yang pernah berkemah dengan praga ya mungkin agak kecewa dengan rute yang pendek. Tapi itu adalah kondisi lapangan tempat kita berkemah yang tidak memungkinkan untuk mengambil rute lebih jauh dari itu. Mungkin kemah yang akan datang kita cari lokasi yang memungkinkan kita jelaja selama seharian penuh hehhehehe.

Acara sore hari diisi dengan permainan di perkemahan, ada 2 permainan yang dimainkan. Tic tac toe an memanah. Pada awalnya permainan ini di desain untuk peserta anak – anak saja, namun rupanya para orang tua juga gemas melihat anak – anak bermain. “ Dik, sana lo sana.., jangan di situuuuu, ayooo cepet cepet, itu jangan di pindah”. Iki sakjane sing main sopo se?

Akhirnya orang tua turun arena juga untuk menobati rasa gemasnya. Yaa, ndak jauh beda juga dengan anak – anak ketika bermain, bingung juga menempatkan tanda dalam permainan tic tac toe. Yaah, terkadang menjadi pengamat itu jauh lebih mudah dari pada jadi pemain. Selepas permainan sore, istirahat untuk persiapan makan malam dan api unggun.

46814167_10212018527610099_1250643705786793984_n

Pas main… bingung juga kan

46968754_10212018527890106_7317437749013774336_n

Menjelang magrib, hujan turun bahkan deras di wilayah Pacet. Kondisi ini terus bertahan hingga lewat waktu isya, masih banyak pertanyaan menggelayut di benak anak-anak apakah api unggun jadi?. Menjelang pukul 8 malam, hujan telah reda namun sebagian peserta sudah terlelap didingginya udara dan hanyatnya tenda mereka masing-masing. Tetapi, masih ada beberapa anak yang terjaga dan menayakan apakah api unggun akan di nyalakan. Setalah dilihat bahwa kayu bakar tidak basah, maka diputuskan untuk menyalakan api unggun. Malam ini seharusnya menjadi agenda pentas seni untuk setiap kelompok, namun sudha banyak peserta yang telah tidur. Api unggun hanya di hadiri oleh 1/3 peserta. Nyanyian khas “api kita sudah menyala” menjadi lagu pembuka sekelaigus membangunkan beberapa peserta dan mendatangi api unggun. Beberapa anak menyumbankan lagu di forum api unggun dan permainan sederhana dilakukan untuk membuat suasana menjadi lebih semangat. Akhirnya yang paling membuat anak – anak semangat ber api unggun tiba, bukan permainan atau talent show, tapi bakar marshmallow dan jagung.  

46760257_10212018530010159_9124926146570354688_n

Lapar menyerang tengah malam, sudah malas untuk menyalakan kompor

Keesokan pagi, sesi senam tidak terlaksana karena sesi memasak jauh lebih menarik minat. Entah kenapa pagi ini seolah sesi memasak memakan waktu lebih lama dari biasanya. Sesi senam hilang tapi sesi Utama harus tetap ada, yaitu materi tentang kesadaran akan tanggap bencana. Ini merupakan tantangan tersendiri bagaimana membuat ini menjadi menarik bagi mereka, dan tentu saja anak – anak harus bisa menangkap isi materi tersebut.

Materi kita buat menjadi sesi teori dan simulasi. Teori kita laksanakan disebuah gazebo yang ada di pinggir tebing. Ahh… lebih mudah menyampakian risk management di depan para pelatih dan kepal dinas disbanding di depan mereka ini. Terus terang saya kesulitan untuk memilih kalimat yang pas agar mereka paham, tapi show must go on. Skenario awal adalah setelah teori ini, mereka akan kembali beraktiftas di tenda masing – masing, dan nanti aka nada sirine tanda bahaya. Apabila sirine tersebut dibunyikan , maka mereka harus berjalan menuju titik kumpul yang sudah disepakati. Real disaster has just occurred, para orang tua sudah membongkar tenda mereka dan saya sudah terlanjur memberikan penjelasan bahwa serakang waktunya balik ke tenda masing – masing. Saat melongok ke lapangan perkemahan, kok lapangan jadi luas betul ya?? Saya berdiri, “ waduh, tenda sudah di bongkar semua”. Ya sudah kalau begitu adik – adik masuk ke tenda yang masih berdiri, tidak perlu ke tendanya masing – masing. Seminit berlalu, dua menit, lima menit mulai ada pertanyaan “ kak, mana sirinenya? Jadi nggak se?” Sengaja kami biarkan sampai mereka terlena dengan aktifitas bermainnya. Setelah 15 menit berlalu, barulah Kak Goz membunyikan sirine dan mereka dengan semangat berjalan, bahkan sebagian berlari menuju titik kumpul. Di titik kumpul mereka diberikan sebuah lagu yang bercerita tentang apa yang harus dilakukan bila ada gempa. Text nya saya tidak hafal jadi ndak saya tuliskan disini, yang ngajar nyanyi juga Kak Gozali hehehehehe saya ketawa aja fals nadanya, apalagi nyanyi malah rusak semua.

46517308_10212018526130062_1346241049206456320_n

Peerkemahan ditutup dengan upacara sederhana dengan upacara bendera, kata penutupan dari panitia de facto (karena secara de jure memang tidak ada) dan sedikit disinggung jadwal perkemahan yang akan datang. Kemudian seluruh peserta membentuk lingkaran sambil menyanyikan lagu perpisahan dan saling bersalaman untuk mengakhiri kebersamaan selama 3 hari ini. Inilah kemah praga yang ke – 14 kalinya bila dihitung sejak kita berkemah pertama kalinya tahun 2014, dan boleh saya bilang lebih hebat dari pada jambore ataupun perkemahan yang di adakan oleh kwartir. Dimana hebatnya? Silahkan saja ikut perkemahan kami ini dan rasakan bedanya.

SEE YOU IN 2019 CAMP

1# CAMPOREE : Camp penuh hore – hore

praga 12

Salam pramuka semua, baik yang dunia nyata, maya maupun dunia ghaib. Camporee ini adalah even perkemahan bagi gudep kami yang kami desian mirip dengan mini jamboree. Tidak banyak perbedaan dengan kegiatan kemah rutin 3 bulanan yang biasa kami lakukan, hanya saja kali ini ada beberapa workshop yang kami lakukan, dengan pola pergerekan mirip jamboree. Mirip lo ya, bukan identik.

Jumat sore, hampir seluruh peserta yang sudah daftar sebagai peserta camporee sudah tiba dilokasi dengan tenda yang sudah berdiri. Tenda pembina berupa 3 tenda ruvi berdiri berjajar seperti barak pleatihan militer di film band of brothers, hanya tenda kita lebih fungky dan berwarna. Tidak semua peserta membawa dan mendirikan tenda mereka sendiri. Ah, coban rondo ini, bikin persewaan tenda kok sekalian dengan jasa mendirikan, mbok ndak usah pake jasa mendirikan gitu hehehehhe. OH iya, lokasi kemah kita kali ini di buper coban rondo, Malang. Banyak peserta yang baru bergabung dengan klub kemah hore ini hehehehe bahkan ada yang berasal jauh – jauh dari sumedang, Jabar.

Cuaca coban rondo kali ini sangat mendukung perkemahan, cerah ceria dan suhu udara dingiiiiiiiin. Pake i banyak. Memang kali ini kegiatan kita bertepatan dengan musim kemarau dan musim dingin pulau Jawa. Bediding, begitu istilah dalam Bahasa jawa, karena itulah bekal perkemahan saya kali ini, selimut merupakan bawaan yang paling banyak. Sleeping bag sih sudah pasti, namun perlu amunisi tambahan agar kita tidur nyenyak hingga hari minggu mendatang. Apalagi bagi mereka yang membawa bayi dalam perkemahan kali ini, karena keberadaan balita di perkemahan kita, merupakan hal yang sangat biasa.

Selepas magrib, acara api unggun dimulai sekaligus upacara pembukaan camporee 2017. Malam ini tidak ada acara perform saat api unggun, hanya acara bakar sosis buat anak – anak. Sedangkan para orang tua akan berkumpul untuk ngobrol dan sharing mengenai praga mengingat banyak pemain baru yang tergabung. Jadi diperlukan semcam induction training hahahahahaha. Meskipun saya sebenarnya ingin ikut grup anak – anak yang bakar sosis di unggun. Dalam sesi karang pamitran pupuk bawang ini, baru terungkap alasan para pemain baru ini dengan suka rela mengikuti kegiatan kami yang amat sangat sederhana. Hmm… sik sik, ga jadi sederhana, kita kemah dengan full catering kok selama tiga hari,dan makanannya enak lagi hahahahahaha.

Sempat nongol di Jawa Pos telah membuat banyak orang penasaran dengan pola kegiatan pramuka yang dilakukan praga, apalagi setelah mengetahui fakta bahwa kita rutin berkemah setiap 3 – 4 bulan sekali dengan satu sesi perkemahannya adalah mencari “sengsara”, yaitu berkemah di musim hujan dan itu memang direncanakan agar kita kehujanan selama berkemah. Sesuatu yang sulit ditemuai di pramuka sekolah. Hal tersebut cukup membuat beberapa orang terkejut, tapi memang sesuai itu menjadi salah satu poin terkuat kelompok pramuka amatir ini dalam berkemah. Tujuan kita adalah untuk membiasakan anak menerima kondisi yang tidak nyaman dan mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan, akan tetapi mereka bisa menikmatinya. Harapan kami para pembina, mereka nantinya bisa memeiliki pola piker dan daya adaptasi yang kuat dengan berbagai perubahan dewasa ini. Tidak gampang kaget dan bisa menikmati karunia hidup ini dengan apa adanya.

Sesi “karang pamitran” malam itu ditutup dengan penjelasan mengenai program perkemahan hingga minggu mendatang sembari menghabiskan gorengan produksi dapur umum bu Nita hihihihihihi

praga4

Bunyi peluit tanda berkumpul membuyarkan acara minum kopi saya pagi itu, panggilan untuk senam pagi, padahal kopi masih lewat setengah gelas. “Wah piye mas Goz iki “ Apalagi sewaktu sedang melakukan peregangan, dari tenda makan tercium wangi rawon. Walah, tambah ndak konsen ini senamnya……

Senam dipimpin oleh Kak Ghoz, kemudian dilanjutkan dengan acara jalan – jalan pagi keliling buper untuk orientasi wilayah, kemudian menuju warung untuk minum susu sapi segar hahahahaha. Saya tidak perlu menceritakan bagaiamana enaknya sarapan di tengah udara dingin dengan rawon+sambalnya. Terlalu sulit untuk dijelaskan dengan kalimat hehehehe

Selepas sarapan, upacara bendera dilakukan di lapangan perkemahan. Upacara dipimpin oleh Kak Jaka dengan iringan korsik dari Macbook Air untuk lagu Indonesia Raya. Ya gimana lagi, untuk mengundak korsik kan mahal, sedang Macbook Air tinggal masuk tas, terus colok kabel ke speaker. Selesai. Dan iringan musiknya pun tidak kalah dengan korsik milik istana negara kok, bahkan lebih baik karena punya kita portable dan mudah dikemas.

Program pagi ini adalah penjelajahan hingga siang nanti, rute yang diambil adalah penjelajahan ke coban tengah dengan jarak tempuh 2,5 km. Dan saya lupa kalau itu harus dikali 2 karena pp hahahahaha. Perjalanan ke coban tengah hanya menanjak sekali, karena tidak ada rute jalan menurun. Tapi hebat lo, anak – anak ini bisa melewati rute ini. Malah orang tua yang mengeluh ketika melahap rute ini. Perjalanan diawalai dengan menembus bumi perkemahan dan hutan pinus. Sengaja rute ini kita pilih untuk memotong jarak menjadi lebih pendek bila dibandingkan dengan lewat jalan setapak, eh semobil. Di buper ter atas yang ada di coban rondo, rombongan berhenti untuk istirahat dan mengmabil foto. “Wah, tidak sia – sia sampek atas sini. Instgramable ini” begitu komentar beberapa orang pendamping yang mengikuti penjelajahan ini. Setelah sesi foto, perjalanan dilanjutkan.

praga 11

Dari titik inilah, mulai terjadi perpecahan rombongan karena stamina serta rasa pegal sudah hinggap di betis dan paha. Saya termasuk dalam rombongan sweeper sehingga tidak begitu tahu berap rombongan yang ada di depan. Berhenti, duduk, anak menangis dan minta gendong mulai menjadi pemandangan umum. Kecepatan kelompok mulai turun karena barisan terdepan juga berhenti untuk menunggu, hal ini dilakukan karena rute jelajah ini baru dan hampir semuanya tidak mengerti rute. Kalau penunjuk jalan melaju dengan cepat, dan yang belakang tertinggal jauh bisa ilang salah belok nantinya.

Suara erangan mesin sedikit mengagetkan saya, 20 meter dibelakang saya sebuah land rover warna putih sedang berjuang melewati jalan terjal. Ternyata mereka adalah komunitas jeep malang yang akan menjemput tamu dari Amerika yang sedang berkemah di dekat coban tengah. Karena mobilnya kosong, dan melihat banyak anak – anak di kelompok kami, dengan sigap sang navigator turun dan menawarakan tumpangan. Tanpa perlu dikomando, anak – anak berlairan untuk memanjat dan menumpang mobil tersebut. Setelah agak jauh berjalan, saya baru ingat kalau tujuan jeep teresebut adalah Lambau. Saya kabarkan untuk kontak tim aju supaya nanti di pertigaan mengehentikan mobil yang penuh anak – anak tersebut, agar tidak terbawa ke lambau. Jadi di pertigaan tersebut, rute jelajah kami belok kanan, sedang jeep itu nantinya belok kiri.

Tumpangan jeep tersebut sangat manjur, anak – anak makin semangat untuk melanjutkan perjalanan. 2,5 km tapi jalannya menanjak terus kan lumayan juga kalau ada jeep tumpangan meskipun hanya 500 m saja. 30 menit kemudian kami telah sampai di pintu masuk coban tengah, jalan untuk menuju coban tengah tidaklah seelok coban rondo dengan jalan aspal nan rata. Mencapai coban tengah harus melewati jalan setapak menyusuri sungai, tepat dibawah tebing-tebing yang mengelilingi aliran sungai tersebut. What a breathaking scenery! Bahkan saya punya satu spot favorit di sebuah tebing dengan juluran akar pepohonan dari atasnya sehingga menimbulkan kesan mistis. Kalau duduk bersila disitu, lalu difoto…hmmm bisa jadi cover film mistis bertema pramuka yang jadi pertapa di coban tengah hahahahahaha

Tibalah waktunya menyeberang sungai, sebuah kondisi yang menjadi favorit bagi semua anak – anak ini. Entah mengapa mereka sangat suka berendam dan bermain – main di sungai ini meski airnya sangat dingin, mirip dengan air kulkas. Banyak sekali acting yang dilakukan mereka sehingga menjadi alasan pembenaran bagi para orang tua untuk mengijinkan dengan terpaksa untuk berenang di sungai. Terpeleset lalu terjatuh merupakan suatu hal yang sering dilakukan di tengah sungai dangkal ini, walaupun saya tahu anak – anak itu berpura – pura terpeleset sehingga masuk ke dalam air. Dengan begitu tidak ada alasan lagi untuk menahan mereka bermain air agar baju tetap kering.

Selang beberapa saat, rombongan diberi kode untuk kembali ke perkemahan. Kabut dengan sedikit mendung tipis bergelayut di langit bukanlah saat yang tepat untuk bermain ditengah sungai di bawah tebing. Perjalanan pulang memakan waktu jauh lebih cepat karena dua hal, jalanan yang menurun dan evakuasi dengan motor bagi anak – anak yang sudah mogok berjalan. Saya sendiri harus memanggul Haqi hingga sampe buper atas sebelum dia dijemput motor.

Kejutan yang luar biasa sudah menunggu di perkemahan, “nasi berkat”. Hamparan daun pisang lengkap dengan nasi hangat ( mestinya tadi hangat), beragam lauk dan sayur mirip dengan menu kenduri. Mungkin karena inilah disebut nasi berkat. Momen yang sangat pas, setelah penjelajahan dengan rute mendaki dengan udara yang cukup dingin membuat selera makan meningkat setinggi bukit yang tadi kami daki hehehehe. Seluruh peserta langsung berhambur dan mengambil posisi di sepanjang daun pisang tersebut. Tidak berebut karena jumlah makanan yang disajikan seimbang dengan jumlah dan tingkat kelaparan peserta hahahahahaha sungguh sebuah suguhan makan siang yang luar biasa. Special thanks diucapkan kepada Bu Nita dan crew DU yang telah menyediakan sajian juara dunia ini diperkemahan praga. Jambore nasional aja mah lewat hihihihihihi

praga 3

Jam paling berat di perkemahan sudah tiba yaitu saat kaki pegal ditambah perut kekenyangan. Terlintas dipikiran saya apakah setelah ini kita kegiatannya ngopi aja ya sembari melihat anak – anak bermain??? Sebagaian pembina terlelap sejenak seteleh mengawal anak – anak jelajah. Mengawal jelajah pramuka penggalang/penegak bagi saya bukanlah sebuah hal berat, tapi mengawal penjelajahan anak yang sebagaian besar siaga dan berusia TK, cukup menguras stamina.

Tepat jam 3 sore, bunyi peluit tanda berkumpul terdengar lagi. Yang luar biasa adalah, anak – anak memenuhi panggilan tersebut dengan penuh semangat. Tidak tampak raut kelelahan di wajah mereka, di wajah ibu – ibu mereka raut tersebut sungguh Nampak. Ups sorry to say hehehehe

Kegiatan sore ini dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok siaga akan bergiat bersama kak Jaka di perkemahan. Mereka melakukan permainan mencari pisang dengan mata tertutup. Pisang setandan ini diikat disebuah pohon pinus, lalu anak – anak dengan mata ditutup harus mencari harta karun ini, yaitu pisang. Hal ini juga menimbulkan cerita baru dikalangan pekemah praga kemarin, bahwa pohon pisang berkayu keras layaknya pinus. Terlebih punya pembina, dalam 2 hari bisa berganti menjadi 3 macam jenis pisang heheheehe

Sedangkan kelompok yang satau lagi, didominasi usia penggalang dan pra penggalang bergiata bersama di sungai membangun jembatan. Sebelum berangkat ke sungai, saya tawarkan kepada mereke 2 macam kegiatan. Membuat kursi di buper atau membuat jembatan di sungai.

“ Siapa yang ingin membuat kursi di buper?”

“Awas, ojok angkat tangan” kata Ageng sambal menoleh ke regunya. Walah iniiiiiiii kayaknya bakalan ke sungai lagi. Hasil poling 2 : 6 dengan mayoritas pergi ke sungai untuk buat jembatan. Dengan dibarengi turunnya kabut, romobongan berjalan ke sungai dengan memanggung bamboo sebagai bahan jembatan. Setiap 2 anak saya beri tugas memanggul satu bamboo sepanjang 5 m untuk dibawa ke tepi sungai tempat jembatan akan dibangun. Menjelang magrib, jembatan telah rambung dibuat bahkan sudah dites oleh penduduk setempat. Sembari membawa rumput, bapak tua tersebut melenggang melintasi jembatan tersebut. Mengetahui jembatan yang dibangun jadi, mereka membuat acara untuk esok pagi yaitu penjelajahan ke jembatan. Karena yang meminta anak – anak sendiri, maka esok pagi diagendakan penjelajahan ke jembatan dan tidak mungkin dihindari adalah acara mandi disungai. Sangat tidak mungkin anak – anak ini tidak nyebur sungai ketika memiliki kesempatan melakukannya.

Jam 6 sore, kegiatan malam di mulai yaitu penjelajahan di labirin. Melewati labirin di waktu terang bagi kami kurang menantang, jadi acara ini dibuat di malam hari dengan mematikan semua lampu penerang di sekitar labirin. Seluruh peserta yang ingin begiat harus membawa penerangan pribadi, boleh senter ataupun lampu darurat. Sebagai pengawas, kak Acep beridri di atas Menara pengawas dengan mengan megaphone untuk mengarahkan peserta yang sudah terlalu lama tersesat.

Acara api unggun malam ini tidak menyenangkan untuk ditulis, sebuah institusi membuat acara panggung music dangdut, dengan speaker yang sangat keras dan berisik. Acara berisik ini berlangsung hingga menjelang tengah malam. “Gak nek embong gak neng alas, ngisruh ae” begitu komentar yang terlontar dalam obrolan kopi malam itu. Karena sound system super berisik inilah acara api unggun tidak bisa dilangsungkan dengan meriah seperti kemah – kemah sebelumnya. Untung saja penjelajahan di labirin cukup seru sebagai pengganti api unggun.

Senam menjadi kegiatan rutin di pagi perkemahan kami,sesekali dengan senam poco – poco atau bahkan Zumba seperti kemah 4 bulan lalu. Kebetulan instruktur Zumba tidak bisa hadir, sehingga pagi ini tidak bisa berzumba. Setelah sarapan dengan nasi goreng, apel pagi dilakukan dan dimeriahkan dengan menyanyikan lagu- lagu nasional.

Selepas itu, mereka menagih janji untuk mengunjungi jembatan yang mereka bantu bikin. Jadilah penjelajahan ke-3 selama perkemahan berlangsung. Sepanjang kemah bersama KS,HS dan sekarang praga inilah perkemahan dengan penjelajahan paling sering. Saben dino mlaku tok isine, kuato wae sing dadi pembina damping hahahahhahah.Sesampai dilokasi jembatan, pertama – tama foto di atas jembatan, kemudian nyebur berdiri. Lama kelamaaan jongkok dan akhirnya berenang juga di sungai tersebut hahahaha

praga 6

Sepulang dari sungai, kegiatan dilanjutkan dengan workshop seni budaya dan tekpram. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok pilihan, boleh ikut seni budaya atau tekpram. Di seni budaya, workshop yang dilangsungkan adalah bermain angklung dengan pengajar yang semi pro jika melihat level galaknya beliau kala memberi instruksi. Sedangkan workshop tekpram diasuh oleh kakak pembina. Acaranya membuat miniature pioneering. Worskhop ini merupakan rangkaian penutup kegiatan camporee 2017 ini.

Upacara penutupan perkemahan dilansungkan dipimpin oleh Kak Jaka di lapangan perkemahan. Kesan peserta yang mengikuti kegiatan camporee ini sangat positif dan kegiatan yang ada sangat menyenangkan. Semoga kesan tersebut bukanlah lip service namun sebuah kenyataan yang memang dirasakan selama bergabung bersama kelompok pramuka partikelir ini. Saya sendiri berharap, semoga mendapatkan apa yang menjadi harapan ketika berangkat ke acara ini.

 

SO, WANT TO JOIN US?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SUDUT PANDANG HEURISTIK MANAJEMEN RISIKO JAMNAS 2016

Sengaja saya pakai judul heuristik karena saya ingin mengajak semua pembaca, bila ada yang baca lo ya, untuk menganalisa lebih lanjut mengenai hal ini. Bisa jadi apa yang saya tuliskan ini tidak ilmiah sama sekali serta memerlukan anaslisa yang lebih dalam dan ahli.

Jamnas 2016 baru saja berakhir, banyak cerita yang mengiringi perjalanan seluruh aktivitas yang sepanjang penyelenggaraannya. Komentar lurus,setengah miring hingga yang sangat miring terhadap penyelenggaraan Jamnas 2016 pun banyak. Namun tidak usah lah kita perdebatkan.

Salah satu yang menjadi sorotan dalam unsur kepanitian Jamnas kali ini adalah bidang manajemen risiko. Banyak yang beranggapan bahwa manajemen risiko adalah sebuah tim penyelematan dan pemantau kesehatan. Padahal anggapan tersebut salah kaprah. Karena kedua hal tersebut adalah bagian dari sebuah pengelolaan risiko. Bila manajemen risiko diibaratkan sebuah rumah, maka kedua hal tersebut adalah perabotannya.

Perjalanan tim manajemen risiko di Jamnas kali ini bisa dikatakan tidak “serius” sama sekali. Hanya 3 bulan sebelum waktu pelaksanaan untuk merumuskan konsep manajemen risiko yang akan diterapkan sangatlah pendek. Hal tersebut diperparah dengan bidang – bidang yang terkait yang belum “establish” sepenuhnya membuat tim manajemen risiko kesulitan untuk bergerak. Manajemen risiko berada di rentang kebijakan hingga aplikasi dilapangan. Tidak mungkin bagi manajemen risiko membuat sebuah prosedur tanpa melihat serta melibatkan bidang yang lain.

Best practice manajemen risiko dalam sebuah kegiatan menghasilkan hal sebagai berikut :

  • Hazard Identification ( identifikasi bahaya)

Dokumen yang dibutuhkan untuk melakukan identifikasi bahaya di Jamnas 2016, khususnya bidang kegiatan terlalu sering terjadi perubahan. Banyak alasan yang melatar belakanginya, dan itu menjadi hak prerogative bidang giat. Dengan dokumen yang selalu berubah, maka pembuatan dokumen identifikasi bahaya tidak bisa menjadi lebih detail. Dokumen ini akhirnya disusun berdasar asumsi berbekal dokumen satu bidang kegiatan saja, itupun tidak lengkap untuk seluruh kegiatan hehehehehehehe yah begitulah!!!! Ini adalah tahap paling dasar dalam menentukan pengelolaan risiko yang ada. Untuk membuat sebuah HI yang detail diperlukan deskripsi perkegiatan,peralatan yang dibutuhkan, serta siapa saja yang terlibat. Untuk lokasi kegiatan sebenarnya sudah dipermudah dengan konsentrasi kegiatan di buperta, sehingga unsur lingkungan bisa lebih mudah dikendalikan. Kecuali cuaca tentunya hehehehehhe

  • Risk assessment (penilaian risiko)

Meskipun dengan dokumen identifikasi risiko yang tidak ideal, penilaian risiko bisa dilakukan dengan baik. Anggota tim manjemen risiko yang berlatar belakang aktifis kegiatan alam terbuka dan pramuka beneran menjadi modal oke punya untuk menghasilkan analisa yang logis dan mendetail.Penilaian risiko harusnya bersandar terhadap identifikasi bahaya yang ada akibat dari sebuah aktivitas yang dilakukan. Tidak hanya kegiatan saja, namun bidang yang lain. Sebenarnya saya ingin mendorong penilaian resiko ini hingga AEP (Adventure Experience Paradigm) diagram. Dengan ragam kegiatan dan jumlah peserta sebanyak itu, tentunya akan menjadi sampel yang cukup ideal. Tapi dengan waktu yang cukup mepet ( 3 bulan sebelum kegiatan hehehehehehe) serta sumber daya yang dialokasikan untuk tim manajemen risiko cukup kecil, akhirnya keinginan tersebut hanya bisa dituliskan disini saja hehehehehhehe.

  • Pengelolaan risiko 

Dokumen inilah yang menjadi kunci dari seluruh aspek manajemen risiko. Ada banyak metode yang bisa dipakai untuk membuat pengelolan risiko, setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Jamnas kali ini, FMEA yang menjadi pilihan. Dari dokumen inilah, kebijakan panitia Jamnas dalam memandang sebuah risiko ditelurkan. Dan itu tercermin dalam penerapan yang ada dilapangan.

  • Emergency plan (rencana tindak darurat)

Kejadian banjir di perkemahan sehingga berujung pada tenda – tenda yang porak poranda membuat seorang kawan bertanya apakah tidak ada SOP bila terjadi kondisi darurat? Tentu saja ada, dan bila saja camp chief menyatakan bahwa kondisi darurat ditetapkan di camp/sub camp, secara otomastis emergency response team akan bergerak untuk melakukan proses evakuasi dan pengamanan sekitar untuk mencegah terjadinya kerusakan yang meluas. Kenapa tidak ada emergency status? Kemungkinan karena sosialisasi manajamen risiko perkemahan dari tim kami yang kurang. Waktu yang sangat mepet tidak memungkinkan sosialisasi hingga menjadi pemahaman bagi seluruh warga perkemahan mengenai kondisi darurat dan SOP nya. Di buku panduan manajemen risiko telah jelas dijabarkan mengenai hal ini. Rencana tindak darurat sebenarnya sudah dibuat terlebih dahulu dari pada penilain risiko. Namun dokumen ini menjadi dokumen yang paling akhir selesai setelah logo tim hehehehehe. Dalam rencana tindak darurat, berisi mengenai informasi frekuensi radio, ERT, SOP evakuasi serta peran dan fungsi panitia. Kurangnya intensitas pertemuan antar bidang membuat beberapa SOP tidak bisa ditentukan karena berhubungan dengan bidang yang lain. Bisa saja saya buatkan SOP tersebut, namun buat apa bila nantinya hanya akan menjadi dokumen tanpa implementasi karena tidak ada koherensi antar bidang.

  • Form – form pengendalian dan penilaian

Form – form yang dibuat bertujuan untuk memperoleh data dan dokumentasi mengenai kondisi yang ada dari sudut pandang manajemen risiko. Sayangnya, dari beberapa form yang harusnya wajib diisi oleh bidang yang lain sebelum kegiatan dimulai tidak dapat terlaksana. Hal ini cukup menyulitkan bagi tim untuk mengumpulkan data actual sebagai dasar untuk melakukan proyeksi mengenai probabilitas risiko yang bisa terjadi. Hingga hari pelaksanaan kegiatan, tidak ada satu pun form yang kembali ke tim. Akhirnya tim harus berimprovisasi dengan membuat form penilaian dan pengamatan yang baru hehehehehe

 

Bagi saya pribadi, manajemen risiko merupakan sebuah pekerjaan ilmiah yang harus diperhitungkan berdasar data, bukan hanya bersandar pada feeling, apalagi ilmu perdukunan. Untuk mendapatkan system manajemen risiko yang teratur dan bisa dipahami oleh semua orang yang terlibat dalam sebuah event, tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. 1 tahun sebelum kegiatan adalah batas minimal untuk menjalankan manajemen risiko. Dengan waktu yang cukup panjang, akan memiliki aktu untuk menanamkan konsep manajemen risiko dan pemahaman mengenai seluruh aspek yang terlibat didalamnya.

 

Salam komando ~DA

KEMAH 5# : TO THE NEXT LEVEL

Picture1.jpg

Sengaja judulnya saya ambil to the next level, karena kemah kemarin benar – benar berada di level yang berbeda dengan 4 kemah sebelumnya, walaupun dengan jumlah peserta yang agak menyusut dibandingkan dengan kemah kemarin di lokasi ini.

Hujan deras sudah menyambut bahkan sebelum acara perkemhana di mulai, saya tiba di buper sore hari sudah menemui tenda utama untuk panitia basah kuyup. Hujan sedari siang membuat tenda ini semakin berat saja hahahahaha. Oh ya dalam kemah kali ini, kita juga mengundang 2 orang penegak dari Paciran. Dua orang penegak tersebut merupakan binaan teman kami di kwartir ranting Paciran. Kemah free of charge, langsung ketemu di Buper. Begitu deal saya dengan Pembina yang mengirimkan mereka berdua. Terserah mau terbang, jalan kaki, naik motor, bus atau naik onta pun yang penting hari Jum’at jam 4 sore sudah ada di buper.  Bagi saya ini adalah salah satu dari 4 tipe kegiatan penegak yang ada di buku rover guideline nya WOSM, yaitu active travelling and multicultural experience.

Hingga hari jum’at petang, telah banyak tenda peserta yang telah berdiri, lapangan parkir mobil pun sudah mulai penuh. Keceriaan anak – anak sangat terasa, walapun lapangan perkemahan becek dan berlumpur. BUK!! Jatuh karena terpeleset seolah menjadi pemandangan yang biasa melihat lokasi lapangan ini. Namun inilah yang membuat perkemahan ini disebut next level. Sambutan cuaca dan kondisi lapangan yang kurang bersahabat sama sekali tidak menghilangkan keceriaan para peserta. Saya masih ingat kemah pertama, 2 tahun yang lalu. Wajah – wajah peserta begitu tegang sesaat memasuki bumi perkemahan. Padahal kondisi perkemahan dan cuaca 2 tahun lalu jauh lebih baik dan bersahabat dibandingkan hari ini. So welcome to the next level!!

Kemah kali ini kami merencakan untuk mengadakan 2 kali api unggun, malam nanti dan esok malam. Acara wajib yang harus ada di kemah kita adalah api unggun, segaring apapun acaranya yang penting api nyala hehehehehhehe. Tapi saya yakin kali ini acara malam api unggun tidak akan garing seperti 4 kemah sebelumnya, maklumlah deretan Pembina di pramuka home schooling tidak ada yang bertipe entertainer hihhihihihi. Untuk mengatasi hal tersebut, saya mengajak seorang Pembina pramuka ITS yang bagi saya adalah seorang pramuka entertainer sejati, Mas Suudi namanya. Mas, tugas sampeyan ngisi acara pagi dan api unggun, yang lain biar kita yang urus. Itu jawaban saya saat mas Suud bertanya mengenai peran di perkemahan.

Jam 7 kita berkumpul disekeliling tumpukan kayu api ungggun, rencananya malam ini upacara pembukaan perkemahan dilanjut dengan acara api unggun. Selang 15 menit sembari menunggu semua hadir, rintik hujan mulai turun, makin lama makin deras. Jadilah acara hanya dibuka dengan doa bersama dilanjutkan dengan berlari menuju tenda masing – masing hahahahaha

Karena acara api unggun batal, maka Pembina dan para orang tua menggelar cangkrukan sambil minum kopi sachet ( ah isin aku hihihihihi) sembari membicarakan program untuk pramuka keluarga. Mulai dari perencanaan latihan hingga masalah keorganisasian. Sing ora nguwati, kopi sachetane iki lo hehehehee

Sabtu pagi, beberapa peserta kembali datang semakin menambah semarak perkemahan. Senam pagi dipimin oleh mas Suudi, dan bisa saya katakan sangat menarik dan heboh. Kombinasi antara senam dan permainan yang dimainkan oleh mas Suud sangat luar biasa, bahkan anak – anak berusia 6 tahun pun bisa ikut bermain. Tertawa gembira? Sudah pasti! Pagi itu sangat… ah terpaksa harus saya tulis dengan Bahasa inggris “ we are very energized

Setelah makan pagi, acara selanjutnya adalah penjelajahan. Kelompok penjelajahan dibedakan antara siaga dan penggalang. Pengalaman dari kemah – kemah sebelumnya, para penggalang merasa bosan bila melalui rute yang sama dengan siaga. Sedang siaga tidak akan mampu bila harus jelajah gaya siaga, eh orang tuanya sih yang bisa jadi tidak mampu kalau harus gendong mereka sepanjang rute hihihihihihi

Tanda jejak dipasang disepanjang rute penjelajahan penggalang, dan saya pesan kepada mereka bahwa kalau nyasar pun akan saya ikuti nyasarnya. Baru saya kembalikan ke buper bila sudah jam 3 sore. Sedang yang siaga akan berjalan dengan didampingi oleh orang tua serta Pembina. Di tiap pos, sudah disiapkan beberapa tugas yang harus diselesaikan, dan yang paling menarik adalah tugas di pos terakhir. Menggambar panorama. Dengan posisi diatas lembah menghadapa lereng gunung welirang, saya mengharapkan lukisan yang bagus untuk dilihat. Itu kalau pesertanya penggalang dan penegak….. peserta terbesar jumlahnya adalah siaga, dan alat gambarnya adalah pensil warna, itupun hanya satu. Jadi, yah mungkin harapan saya terlalu berlebihan.

Walaupun dengan media dan alat yang terbatas, gambar yang dihasilkan oke punya lah, itu bila kita mendengarkan imajinasi para siaga saat menjelaskan gambarnya. Gambar ini kita pajang di lapangan utama untuk bisa dinikmati oleh semua orang, ya semacam pameran lukisan dengan kurator mas Joko.

Kelar acara lukis – melukis, perjalanan di lanjutkan dengan iringan hujan yang sangat deras. Hal ini terjadi diluar prediksi karena cuaca ketika berangkat sangat cerah, hingga tidak banyak yang membawa jas hujan. Tapi hujan deras ini seperti menjadi penambah semangat untuk melanjutkan perjalanan, bahkan berjalan lebih cepat. Alasan dibaliknay ialah, harus cepat sampe perkemahan ini, cek tenda dan bikin selokan yang lebar supaya bisa tidur nyenyak nanti malam. Hujan deras mengguyur hingga sore hari, beberapa lokasi tenda berubah menjadi genangan karena volume hujan yang luar biasa derasnya. Untuuuuung sekarang udah jaman tenda dome, jadi pindah2 tenda gampang banget. Saya bayangin kalau tenda jaman dulu dengan tiang bamboo/kayu, sekali nancep yo wis nganti bar kemah ora pindah.

Sore hari tidak banyak aktifitas yang dilakukan, karena penjelajahan menembus hujan lebat cukup menguras tenaga, kita isi duduk – duduk menikmati segelas kopi dan camilan sembari menikmati suasana sore dilereng welirang. Jian enak tenaaaan. Disela –sela waktu ngopi tersebut, saya mengajak para penggalang untuk curah gagasan mengenai apa saja yang ingin mereka lakukan untuk mengisi latihan hingga kemah mendatang. Woah, hasilnya oke punya lo. Mulai dari nonton film korea hingga latihan selam, memasak samapi game perang mereka tulis semua. Hehehehehe dengan begini kan enak saya buat program latihan, tinggal pilih aja dari daftar yang mereka buat, bikin project outline dan learning opportunity. Selesai sudah materi latihan hingga tahun depan hihihihihihihihi ask the boys

Orang tua juga punya sesi kegiatan khusus yang dipandu oleh Kak Acep. Membuat gelang, ya benar membuat gelang. Saya tidak begitu mengikuti prosesnya karena harus mendampingi para penggalang, namun dari jauh saya perhatikan sih mirip – mirip sama arisan ibu – ibu. Tapi sampe magrib lo ini acara bikin gelangnya, antusias sekali. Jangan – jangan pulang kemah buka toko cendera mata

12802704_10153894096917936_8012703781685434443_n

Selepas pukul 7, api ungggun telah dinyalakan. Hari ini sukses berapi unggun karena cuaca sangat cerah. Dan yang luar biasa keren adalah pemandu acara api unggun yang all out dalam menggawangi acara. Salut buat mas Suudi, yang telah membuat acara api unggun kita sangat meriah dan jauh dari kata garing hehehehehhe. Bahkan saking hebohnya mas Suudi ini, para peserta request dari jauh kalau kemah harus ikut lagi. New star has born, bintang kemah kali ini adalah mas Suudi. Popularitasnya di pramuka keluarga telah menembus dimensi siaga hingga para orang tua, kalah pol pembinane hehehehehehhe. Tapi memang setiap kemah, kita selalu menghasilkan bintang. Bila diingat kemah pertama bintangnya adalah Rifan, terus mas Acep dengan flying foxnya dan Mas Joko sang idola siaga. Tapi yang paling heboh adalah kemah tahun lalu bertepatan dengan momen kemerdekaan. Bintangnya adalah bapak – bapak yang ikutan lomba.

947342_10153894094387936_3064850636607787447_n

Minggu pagi, diawali dengan senam pagi dan dilanjutkan dengan permainan singkat sebelum sarapan. Selepas sarapan dilanjutkan dengan upacara penutupan dan penyematan TKU siaga mula. Penyerahan dan penyematan dilakukan oleh orang tua masing – masing dan selamat untuk semua yang telah menjadi siaga mula. Target kemah mendatang adalah menciptakan penggalang ramu, jadi sampai jumpa di kemah mendatang. COME AND JOIN US ………….

 

12719195_10207052881014601_5136698851625150655_o

 

 

Kemah 4# Gudep KS : The Jungle Trekking

kemah4

Salam pramuka bagi semua, baik yang didunia nyata, dunia maya maupun alam gaib. Mumpung masih segar dalam ingatan saya betapa luar biasanya kemah edisi ke 4 kami, meskipun dilokasi yang sama dengan kemah ke-2 plus catering service untuk makan ( khusus peserta rek, korps Pembina yo panggah masak dewe) namun bagi saya lebih oke dari pada kemah- kemah sebelumnya. Inilah kemah kami selama tiga hari 2 malam, makanya lebih maknyus kemahnya. Saya memilih judul jungle trekking karena inilah acara yang memberikan banyak komentar dan membuat saya takjub bahwa siaga – siaga KS itu staminanya kuat dan tahan lama hehehehe

Jum’at selepas shoalt jum’at, bumi perkemahan mahanaim sudah dipenuhi oleh “perumahan KS”. Hmm.. saya masih ingat pertama kali kita kemah tahun diawal 2014, hampir semua hal disiapkan ( termasuk tenda dan makan) dan masih sangat kaku bergiat di perkemahan. Tapi sekarang, wow… itu yang bisa saya katakana. Peserta datang lebih dulu dari kami para Pembina, dan lingkungan perkemahan sudah tertata. Sudah siap untuk berkemah.

Gong dari perjusami kali ini dimulai hari sabtu pagi, jungle trekking dengan diselingi memasak makan siang ditengah hutan. Dalam latihan rutin dua minggu sebelum kemah, sudah kita prakterkan cara memasak dengan menggunakan kompor lapangan. Mulai dari kompor yang menggunakan bahan bakar gas dan paraffin. Sebenaranya waktu latihan saya mau berbagi bagaimana membuat sebuah kompor darurat dengan bahan kaleng bekas, namun tidak jadi dilakukan karena lupa membeli coca cola kaleng hehehehe. Karena tema latihannya adalah memasak, maka hasil akhirnya adalah makan bersama di kebun bibit, hasil dari masakan kami dan adik – adik. Nah, latihan inilah nanti yang akan dipraktekkan dalam penjelajahan.

Setelah sarapan, kita semua berkumpul dilapangan utuk pembagian grup penjelajahan. Ada 3 kelompok besar, kelompok 1 adalah HOHOHO, kelompk 2 HAHAHA dan kelompok 3 HEHEHE. Sedangkan saya ketiban sampur menjadi vore rijder untuk penjelajahan kali ini. Should be fun……..

Semua anak sangat antusias menyambut acara ini, saya kira inilah acara favorit mereka sata berkemah setelah bakar jagung di api unggun. Pra siaga,siaga, penggalang dan Pembina semua ikut. Oh ya, kita juga punya dua orang penegak-pandega yang membantu. Jadi lengkap sudah ini kita punya binaan, siaga s/d pandega pun ada.

10 menit perjalana pertama kita masih berjalan dalam satu rombongan besar sebagaimana awalnya. Saya sangat menikmati celoteh riang nan ajaib anak – anak karena menemukan daun ataupun binatang yang bagi mereka aneh. Pa, itu yang di daun itu apa ? saat ada sebuah capung melintas dan hinggap disebatang rumput. Atau ketika “ jangan masuk air, nanti ada buaya”. Hufff komentar ini menyelamtkan saya dari berteriak – teriak untuk mencegah mereka beramin air disepanjang sungai yang kita lewati. Sik talah, mulai kapan boyo tekan trawas?

Setelah 30 menit berjalan, rombongan mulai terpecah menjadi 3 bagian. Maklumlah, rute yang dilewati juga naik turun mirip lagu ninja hatori “ mendaki gunung lewati lembah”. Guess what, rombongan paling depan dan yan tepat berjalan di belakang saya adalah seorang cewek imut berusia tidak lebih dari 7 tahun. Dan sangat energetic. Luar biasa bukan

10612703_10205822082645411_5258931888875811078_n

Mungkin juga kelompok saya bisa distilahkan breakaway bila dalam lomba balap sepeda sehingga jarak antar kelompok terlalu jauh. Kami putuskan untuk istirahat sejenak ditepi sungai kecil sembari menikmati kudapan. Saya ingat membawa 4 buah apel dalam tas, dan karena itu pula tidak kebagian. Lha wong diminta sama anak – anak, harusnya bawa 1 kg. Dalam momen menunggu rekan lain yang dibelakang, tidak lupa melakukan kegiatan yang menjadi favorit dari banyak orang saat ini. Foto, ya mengambil foto dengan latar belakang hutan bagi anak – anak sangatlah seru and worth to fight for. Walaupun untuk itu pak Iggy harus rela lompat – lompat sambil gendongin bocah – bocah itu agar tidak tercebur demi mendapatkan angle yang bagus.

11933407_10205822078845316_6630884678652963184_n

Mulai dari titik inilah, rute jelajah lebih menantang. Masuk lebih jauh ke hutan pinus dimana jalan setapak menanjak,kiri jurang yang sangat dalam. Jalannya pun hany bisa dilalui oleh 1 orang, jadi tidak perlu memamsang pengumuman dilarang mendahului atau balapan waktu jelajah. Memang mau terbang apa kalo nyalip. Karena jalan yang menanjak pun mungkin pula sudah lelah mulai banyak terjadi demo mogok jalan. “ I will say thank you to you if you gendong me”, itu salah satu ungkapan yang masih cukup membekas. Wah ini si Haki kok ceria banget kak, kata seorang ibu melihat anak saya yang masih ceria dan bisa berteriak lantang ditengah hutan “ Ayooo yah, jalan, jangan duduk”. Wuih kuat sekali ini anak, begitu pikirnya. Setelah itu saya jalan sambil memanggul Haki, barulah kalimat khas yang sering kita dengar keluar “ Ooooh, pantesan ora kesel”. Hahahaha

Lantaran jelajah kita kali ini yang cukup jauh, dan ini agak bikin saya khawatir dengan kondisi peserta. Apalagi setelah saya tahu bahwa ada ibu hamil 7 bln yang ikut!!! Wadooooh, apalagi ketika pak Tepe dan pak Tang ngobrol “ who is gonna responsible if something happen to 7 month pregnant mother back there?” Mateng koen!!!!! Saya sempat kepikiran, waduh ini harus balik terus bikin tandu kayaknya. Mugo – mugooooo ora popo.

 

Kita tiba di base camp secara bertahap untuk makan siang sesuai dengan jadwal makan, hampir jam 12:00. Pas lah untuk waktu makan siang. Wajah – wajah lega dan ceria terlihat ketika tahu bahwa ini adalah “finish”, padahal ini hanyalah halte saja, bukan garis akhir hihihihihi. Dan saya tidak mau merusak momen ini dengan mengatakan bahwa ini baru ¾ perjalanan, bisa bubar nanti.

Acara memasak berlangsung cukup heboh dan kebanyakan peserta sangat menikmati hasil masakan mereka. Entah karena sangat enak atau kelaparan gara – gara rute trekking yang menurut saya kurang ajar bagi pemula. Anak – anak yang tadi mengeluh capek, sekarang kok tidak ada keluhan lagi ya. Berkumpul dengan keluarga masing – masing, bermain dengan teman sebayanya seolah lupa bahwa 30 menit yang lalu mereka nangis dan mogok berjalan.

Hampir 1.30 kami beristirahat dan menikmati makan siang di tengah hutan, sembari bercerita mengenai perjalan yang baru saja kita lalui bersama. Dan saya bernafas lega saat melihat bu Debby tiba dengan kondisi yang baik – baik saja. Oh ya, inilah ibu yang hamil 7 bulan itu. Huffff

Hmm…mari mangan kok ketok lemes yo? Melihat kenyataan ini, akhirnya diusulkan bahwa perjalanan akan dilanjutkan dengan naik mobil. Bapak – bapak akan pulang ke camp groun, mengambil mobil kemudian menjemput para peserta. Kebetulan ada lapangan dekat base camp yang bisa dipakai. Walau perlu berjalan melintasi hutan lagi sekitar 200 m untuk mencapai lapangan.

Tidak semuanya naik mobil, saya dan sebagian kecil kelompok memilih melanjutkan berjalan kaki, karena jarak ke camp ground hanya sekitar 500 m saja. Dan terbukti kami bisa sampai lebih cepat dari pada yang naik mobil. Mobil harus berjalan memutar untuk mencapai lapangan, sedangkan dengan jalan kaki langsung lurus saja.

Selama perjalan dari base camp saya sempat rasan – rasan dalam kelompok kami “ wah kayaknya ini peserta kelelahan, sepertinya nanti anak – anak langsung tidur sampe besok pagi hihihihihii”. Ternyata prediksi saya salah besar sekali. Hanya dalam tempo 1 jam setelah mereka tiba di perkemahan, mereka langsung bermain sepak bola dan berkejaran di lapangan perkemahan. Woooo tibakne sekti temenan arek – arek iki.

Selepas ashar, mereka melanjutkan kegiatan dengan bermain lomba panahan, sasarannya? Sebuah gawang mirip gawang sepak bola yang terbuat dari bamboo. Jangan anggap mudah untuk memasukkan anak panah ke gawangnya, meskipun lebar. Karena panah yang kita miliki terbuat dari spon dan plastic, sehingga sangat sullit untuk membidik lurus. Kena angin dikit aja, udah mlengos anak panahnya. Heboh sekali lomba ini, karena hadiahnya menarik bagi anak – anak. Entah kapan belinya para Pembina ini, sekantung tas kecil berisi berbagai asesoris dan permen yang dipamerkan kepada mereka sebagai hadiah bagi pemenang. Walaupun begitu peraturannya, dalam kenyataannya ada juga yang tidak pernah menang sekalipun tapi mendapatkan permen. Dengan senjata yang sangat ampuh dan sulit sekali untuk mengatakan tidak, nangis. Ya, melihat kenyataan bahwa temannya bisa menikmati jelly candy dan dirinya tidak. Untung permennya masih ada. Sembari ngopi menjelang magrib setelah perlombaan selesai, mas Joko bilang “ kemah besok, kita beli permennya harus lebih banyak, sopo ngerti ngko anakmu yo nangis pisan Yik,” Hahahahahaha

 

Malam itu api unggun berlangsung lebih rame dari biasanya, yaaa memang karena pesertanya lebih banyak dari kemah – kemah sebelumnya. Penampilan perseorangan dan berkelompok secara spontan menjadi suguhan yang menakjubkan menurut saya. Setiap Pembina bergiliran memberikan sebuah permainan untuk menghibur seluruh warga perkemahan. Saya mendapat nomor terakhir untuk memberikan sebuah permainan. Sudah lewat jam 8 malam, langsung saja saya tutup dengan pengumuman bahwa jelajah malam akan dimulai jam 8.15 hehehehehehehehe, tidak perlu permainan – permainan.

Jam 8.25, rombongan mulai bergerak meninggalkan perkemahan untuk jurit malam, tidak semua ikut acara ini. Hanya sekitar belas orang saja, yang lain memilih untuk membakar jagung dan ketela di api unggun. Saya? Saya jaga perkemahan karena tiba – tiba Haki muntah, sehingga harus membersihkan lantai tenda biar bisa tetap nyaman kita tidur.

Selepas subuh, sudah bayak peserta yang telah bangun untuk menikmati pagi di lereng Arjuno ini. Secangkir kopi disini jauh lebih nikmat disbanding milik starbuks coffee. When you talking about pleasure, there’s a point where money can’t buy, only sound of wow is more than enough.

Tema pagi ini adalah lomba tradisional HUT kemerdekaan RI, dan semua harus ikut menjadi peserta, bahkan panitia lomba sekalipun. Lomab pertama adalah sepak bola terong dengan mata tertutup. Apalagi ini. Dengan mata terbuka aja, susah menggiring bola dengan menggunakan terong yang terikat benang di pinggang hingga masuk ke gawang, nah ini… mata harus ditutup pula. Yang berlomba adalah orang tua, sedangkan anak menjadi pemandunya.

“Eh, mas iki piye? Anakku umur 3 tahun, opo yo iso dadi pemandu?”

“Anu pak,pinjam anak yang lain aja untuk jadi pemandu, silahkan nego sendiri ama anaknya, dan yang punya anak tentunya “

“ Pa, maju maju, kebanyakan mundur dikit”

“Kiri kiri, kiriiiiii”

“Bukan ituuuuuu! gimana se, bolanya udah kelewat, mundur lagi”

“Looooooh.. kok diinjek bolanya?!”

Ternyata hebohnya lebih luar biasa bila pesertanya adalah orang dewasa, menurut saya jauh lebih kocak dibandingkan dengan siaga atau penggalangnya. Saya jadi curiga, ini sebenarnya yang pengen kemah orang tuanya, bukan anak – anaknya hahahahahahahha.

Usai lomba sepak bola terong atau apalah namanya, dilanjutkan lomba makan kerupuk khusus untuk ibu – ibu. Kita tawarkan, ketinggian tali gantungannya tetep seperti kemarin waktu dipake lomba anak – anak atau kita tinggikan? “ woooo, aku lak tiarap kak mangan krupuk e nek gak sampeyan duwurne”

Untuk menambah keseruan waktu lomba, tali gantungan kita buat dinamis ( digoyang – goyang pake tangan) biar ada tantangan saat makan kerupuk. Masak kondisinya sama dengan lomba anak – anak, kan ndak seru. Ini juga karena usulan lomba makan kerupuk dengan mata tertutup ditolak, jadilah mata tidak tertutup tapi talinya yang dibuat joget. Coba bayangkan bila mata tertutup, pasti seru tuh makan kerupuknya.

Satu hal yang pasti dalam acara lomba penuh kejutan seperti pagi ini, fotografer menjadi orang yang paling bahagia. Bahagia dengan momen dan ekspresi dari peserta lomba bisa jadi tidak akan pernah ditemui dalam keseharian. Acara pagi ini, sukses besar. Semua warga perkemahan terlibat dalam acara, dan semua tertawa lebar, bukan senyum lebar lagi.

Setelah krupuk yang terakhir habis termakan, kita foto bersama di depan spanduk ( acara standar tapi wajib ada) dan persiapan upacara penutupan.

Upacara dipimpin oleh Kak jaka, diawali dengan menyanyikan lagu kebangasaan Indonesia raya, dilanjutkan dengan pesan oleh kagudep ( Pak Tepe). Kemah kali ini ada yang istimewa, kami memiliki pita messenger of peace WOSM yang akan kita bagikan untuk tiska kemah. Kami baru saja bertemau dengan direktur WOSM, dan mereka memberikan banyak sekali pita messenger of peace. Dan kami anggap bahwa kemah pramuka kami yang juga membawa pesan perdamian.

 

Sampai jumpa kemah Februari 2016

Dengan segala keseruan yang ditawarkan WANT TO JOIN US?

 

 

 

 

 

 

 

KEMPING 3#: MENARI DIBAWAH HUJAN

Sebenarnya artikel ini agak terlalu lama berjarak dari kegiatan yang dilaknsakana, tapi tak apalah karena kenangannya masih cukup kuat untuk dimanifestasikan dalam bentuk cerita. Kemping ke 3 gudep kami di bulan Maret memang sesuai dengan judulnya, karena memang hujan menyertai kemping kami sejak di buper hingga penjelajahan.

Sabtu pagi kami berangkat dari Surabaya secara berombongan, dan juga sendiri – sendiri menuju taruna loka, Pacet. Terakhir saya kemah di tempat ini sekitar 6 tahun yang lalu,dengan kondisi fasilitas yaaahhh.. cukup okelah buat kemah. Tahun 2015 ini, saya harus mengatakan wow, no, perhaps with Big WOW. Lokasi tenda sudah tertata, mushola dan beberapa gazebo sudah berdiri dengan cantik, bahkan tangga dengan railing stainless steel !!!

Hampir semua peserta telah berkumpul di lokasi siang itu, dan sesi mendirikan tenda bisa saya katakana pemanasan yang cukup seru. Sudah dari 2 bulan sebelum persami ini, korps Pembina sudah membuat acara persami ditengah musim hujan. Tujuannya? Simple saja, ndak usah ndakik – ndakik, yaitu merasakan tinggal di tenda saat hujan.

Semua peserta, termasuk Pembina berusaha membangun shelter yang anti hujan, supaya bisa tidur nyenyak nanti malam. Bahkan salah satu Pembina membentangkan terpal yang lebih dari cukup untuk melingkupi dua tenda diatas dome double deckernya, lengkap dengan paritnya. Namun ada juga yang tidak membangun tenda, mas Acep lebih suka membentangkna fly sheet selebar 5m hingga mirip terop kecil, dan menaruh velbed dibawahnya. Dia bilang “ pasti ora tembus”. Jelas ora tembus, wong fly sheet tebal ngono.

11017047_465094043644785_515970423978803095_n

Tenda – tenda peserta Nampak sudah terbangun, beberapa terlihat menggali parit disekitar tendanya, hmmm.. mirip sebuah perumahan, bentuk dan warnanya sama. Hanya saja ini parasut, bukan semen dan batu bata. Yang jelas, komplek pertendaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan kemah kami yang ke -2. Beberapa pekemah perdana juga Nampak dalam persami kali ini, dan diwaktu musim penghujan hehehehhehe. Kemah musim hujan memang lebih repot dibanding musim panas.

11113171_10205296331581979_6966127819118212139_n

Satu yang saya lihat, semua peserta Nampak semangat sekali menyongsong hujan sambal bertenda, entahlah, namun itu yang saya lihat dari warna muka mereka, ceria atau lebih tepatnya sangat ceria hehehhehe. Yang jelas saya merasakan atmosfir rasa penasaran yang kuat dari gudep kami untuk merasakan berhujan – hujan ria di tenda.

Selepas ashar, hujan turun, Tanpa rintik2 pelan, namun langsung deras seolah mengabulkan doa Pembina untuk memberikan pengalaman berkemah dimusim hujan. Kegiatan yang sedang berlangsung dilapangan terpaksa dipindah di aula.Wah ternyata suara anak – anak keras juga, masih kedengaran dari lapangan bawah biar hujan deras gini. Acungan jempol buat Pembina siaga kita, bisa membuat mereka heboh seperti ini,saat hujan pula. Kalau saya sih, masih jauh dari level seperti itu, modal saya kurang banyak untuk mengurus siaga.

Menjelang magrib, hujan berhenti dan meninggalkan cukup banyak genangan di perkemahan. Hal pertama yang kami tanyakan kepada peserta adalah “ kondisi tenda aman?” hampir semua tenda aman dari kebocoran, hanya saja bagian lantai tenda yang basah dan ada sedikit genangan air. Untung tidak kena sleeping bag!!! Dan yang lebih untung lagi adalah, ada Kanebo di mobil gyahahahahhaha, sehingga lantai tenda bisa kering dalam sekejap. Kayaknya ini kanebo harus masuk list perlengkapan berkemah.

Bintang mulai bermunculan menandakan malam cerah bakal menaungi kami, walaupun sebentar kemudian ada titik – titik air yang sempat jatuh. Wah, kalau hujan malam ini bisa batal api unggun. Nyatanya, rintik tidak berlanjut menjadi hujan hingga kami bisa berapi unggun. Untung pula ndak ada Kakwarnas, coba beliau ikut, pasti dilarang api unggun kita hehehehehhehe

17606_465095276977995_5929326542829464022_n 19320_10205296394663556_1858333483892106488_n

Api unggun malam itu saya kira termeriah dari kemah – kemah sebelumnya ( padahal baru juga 2 kali kemahnya haahaha). Rangkaian penampilan dari adik – adik kami menambah semarak acara. Menyanyi, nari, baca puisi bahkan sampai aksi bela diri tak ketinggalan. Namun, acara palaing seru adalah permainan bush yang dipandu oleh Kak Djaka. Kakak – kakak Pembina merasa paling bersemangat menyambut permainan ini, saya dan mas Acep khususnya hehehehe. Di awal 2000-an, kami sering memainkan permainan ini dalam sesi outbound maupun pelatihan, hanya saja selalu menjadi pemandu. Rasa – rasanya belum pernah beridiri dibarisan peserta untuk menikmatinya. Makanya, mala mini saya ingin bisa teriak BUSH!! Keras – keras hihihihihihihihi

Api unggun malam itu ditutup dengan aktifitas khas kemping pramuka KS saat giat malam, bakar jagung dan ubi. Tapi mas Ghoz membuat aktifitas berbeda selain bakar jagung, dia keluarkan kamera SLR nya, kemudian membuat foto landscape malam itu, dengan shutter 30. Saya harus katakana WOW untuk hasil fotonya, bagus banget. Bahkan cover buku Black book seri – 2 pun dibuat dengan metode seperti itu. Kita – kita juga sih yang jadi modelnya, dan harus diem selama 30 detik selama pengambilan gambar. Hasilnya ruarrr binasa eh luar biasa keren. Ini diambil waktu subuh fotonya, itu jawaban yang saya dapat dari teman. Padahal itu foto diambil jam 23.00 dan tidak ada cahaya lampu. Tepuk tangan yang meriah buat shutter 30, eh yang moto lah.

Pagi itu cerah, sayang awan menutup horizon menjadi penghalang untuk menikmati sun rise spektakuler. Dengan cappuccino sebagai pendamping, saya duduk didepan tenda sambil beridiskusi mengenai rute penjelajahan. Rencana awal akan membuat rute terpisah buat penggalang akhirnya dibatalkan karena belum survey hahahahahha.

Persiapan jelajah

Persiapan jelajah

Tidak semua peserta mengikuti giat penjelajahan, beberapa diantaranya terpaksa harus pulang pagi itu karena memiliki agenda di tempat lain. Saya salah satunya, harus menghadiri undangan pernikahan di Surabaya. Terpaksalah pulang meski Haki merengek “ ndak pulang, lihat serigala dulu yah.” Halah, iki mas Acep opo ae yo. Dia bilang sama Haki, “ nanti dihutan ada serigala, bisa lihat – lihat.” Ini yang bikin anakku ngambek selama di mobil. “ Mana yah serigalanya?” untunglah, saat di Pacet melewati sebuah villa dengan banyak anjing herder warna hitam yang bisa buat alibi serigala. “Itu kuk serigalanya.” Hitam itu ta yah? Tanya haki. Belum lama berselang, anjing menggonggong, lantas haki menoleh, “ loh, kok anjing itu, mana serigalanya”. Perdebatan nggak mutu antara orangtua dan anaknya tentang bentuk serigala dan anjing yang hampir sama berlarut hingga Surabaya. Hadeeee… iki gara – gara mas Acep tok. Minggu depan,ketemu di kwarda, masih juga ditanya “ Haki, kemarin lihat serigala ndak?” toeng*

22612_465111576976365_861747310270384793_n 10313998_465098876977635_8906873334291598784_n 10891562_10203528650723254_2449912984666888580_n 11049450_10204762548837728_897617571256834655_n

Dari cerita yang terdengar, jelajah kemping kali ini cukup jauh dan ditemani hujan sepanjang perjalanan serta panen wortel diladang orang! Nah lo, panen wortel??? Yup, kita langsung memanen wortelnya, cabut – cabut sendiri dan kemudian bayar kepada pemilik ladang sesuai dengan jumlah wortel yang didapat. Mendengarnya saja saya sudah bisa membayangkan hebohnya jelajah hari itu. Berpayung daun talas atau daun pisang,menikmati bekal di tengah alam terbuka,dan yang pasti celoteh antic yang keluar dari para siaga karena menemukan hal baru atau… karena capek sehingga ngambek di tengah perjalanan. Ketika melihat foto selama penjelajahan…….halaaah rugi sekali tak ikut serta, tapi ya sudahlah.

Perkemahan menyosngsong hujan bulan Maret ini sukses besar, misi tercapai. Semua peserta bisa menikmati tinggal ditenda degan kondisi hujan,dan tetap berkegiatan dalam hujan. Karena nilai belajara dalam berkemah adalah bisa menikmati setiap kondisi yang ada diperkemahan, termasuk bergiat di musim penghujan. Are you enjoy or not?

TOT KIM 2015 – BEHIND THE SCENE

Sebenarnya tidak nyaman juga menggunakan judul berbahasa inggris, tapi biarlah begitu, biar mirip majalah – majalah film. Pelatihan fasilitator untuk KIM kemarin boleh saya katakan belum tuntas debrief yang dilakukan. Banyak hal yang mengakibatkan kurang detailnya debrief mengenai tot kim kemarin. Dalam tot kemarin, ada sebuah badge yang terdiri dari 4 potongan terpisah yang harus diperoleh satu persatu sehingga menjaid sebuah badge yang utuh. Dalam benak saya ketika membuat rencana program tot, bahwa nantinya mereka harus mengerti poin penting dalam kegiatan tersbut, yaitu menjadi seorang pemimpin yang bisa memfasilitasi. Saya menggambarkan program tersebut dalam satu kalimat ( maaf, lagi – lagi in English ) DEVELOPING LEADERS THROUGH OUTDOOR ACTIVITIES.

Menurut pendapat pribadi, ini pribadi lo ya ( boleh diperdebatkan) rangkaian kegiatan yang dilakukan secara konsisten dan terstruktur bisa membentuk karakter dan kemampuan seseorang untuk memimpin dalam bidang yang dikuasainya. Saya melihat bahwa seorang servis manajer yang handal berangkat dari service engineer yang telah malang melintang di lapangan. Itu hanyalah sebuah contoh dan mungkin jadi bahan kerutan di jidat, apa coba hubungannya dengan tot? hahahaha Dari sekian banyak metode pramuka, salah duanya adalah alam terbuka (nature) dan symbolic frame work ( kiasan dasar). Dua hal ini yang kemarin menjadi tulung punggung utama saat pelaksanaan TOT. berikut ini adalah gambar badge kemarin :

Sketsa badge, desain hasil masih di rifan

Sketsa badge, desain hasil masih di rifan

Saya berpendapat bahwa seorang leader haruslah memiliki 4 karakter yang ada di badge ini, nah hal inilah yang kemarin tidak sempat saya sampaikan saat debrief karena keterbatasan waktu. Navigasi (navigate), pencarian ( discover),daya tahan ( endurance) dan facilitate (fasilitasi) adalah 4 hal yang kebetulan terpilih menjadi kerangka kerja dalam konsep DEVELOPING LEADERS THROUGH OUTDOOR ACTIVITIES. Sedikit gambaran bagaimana kemarin tot dilaksanakan, 3 hari 2 malam merupakan waktu yang terlalu singkat untuk menjabarkan konsep ini. Waktu idela adalah 4 hari sesuai dengan jumlah tema badgenya, 1 badge per hari. Safari camp selama 3 hari dengan penggunaan peta dan kompas sebagai dasar perjalanan merupakan pokok materi yang dilakukan selama tot. Kesasar dan tiba di check point tengah malam merupakan resiko yang harus diterima, walaupun saya sebenarnya mangkel juga kalo nyasar terus. Kesel ngetutno……………. Ditambah lagi hujan selama 3 hari benar – benar menguras stamina, coba bayangno wis adem, nyasar maneh!!!! Begitulah gambaran singkatnya ( versi lengkap tot akan ditulis terpisah) Dari hasil debrief yang dilakukan setelah kegiatan, selain materi yang memang tampak secara kasat mata ( IMPK, SAR, P3K dan Camp craft) ada beberaa learning point yang bisa dipelajari, dan senangnya saya karena ini dimunculkan oleh mereka sendiri setelah berkegiatan. Beberapa learning point yang diperoleh :

  • Belajar mengelola emosi
  • Percaya diri
  • Harus lebih berani
  • Cepat mengambil keputusan
  • Mengumpulkan data untuk ambil keputusan
  • Sadar kurang latihan fisik
  • Lebih sering berlatih
  • Belajar bekerja sama
  • Belajar bernegosiasi
  • Belajar memimpin kelompok dengan berbagai macam karakter orang

Hal tersebut adalah nilai belajar yang diperoleh oleh peserta, yang muncul akibat pengalaman mereka selama berkegiatan. Berikut ini adalah nilai yang belum sempat tersampaikan waktu debrief kemarin. Seperti yang sudah dituliskan di awal, DEVELOPING LEADERS THROUGH OUTDOOR ACTIVITIES, sasaran awalnya adalah membentuk seorang pemimpin yang berkarakter melalui sebuah kegiatan. Dan itu semua disimbolkan dalam dalam badge yang ditempuh waktu tot kemarin. NAVIGATE Dalam tot kemarin, ilmu peta kompas menjadi dasar utama bagai setiap kelompok untuk mencapai tujuan. Bila salah menerjemahkan peta, maka jalan yang dipilih pun salah dan bisa jadi celakan. Pada dasarnya, peta dan kompas hanyalah sebuah kegiatan guna memberikan wawasan dan kesadaran bahwa seorang pemimpin itu haruslah mampu memberikan arah dan panduan yang jelas kepada timnya. Arah mencerminkan tujuan yang harus dicapai dan panduan merupakan cara yang akan dilakukan supaya tercapai. Seorang pemimpin selain memberikan tujuan yang jelas kepada diri dan timnya, harus juga membuat sebuah panduan mengenai pekerjaan apa saja yang dibebankan kepada setiap orang dalam timnya, termasuk dirinya. Disitu jelas pembagian tugas dan wewenangnya, bahkan mungkin pemimpin membuat sebuah petunjuk kerja untuk membantu bagi anggota tim yang kurang atau bahkan belum berpengalaman sama sekali. Ketidakjelasan arah ( tujuan) dan panduan ( pembagian tugas) dalam sebuah kelompok tidak hanya bisa mengakibatkan kegagalan dalam mencapai keinginan, namun bisa menyebabkan kegagalan kelompok itu sendiri dalam bersatu. Dikarenakan kebingungan berbuat dan gagal pahamnya akan tujuan yang harus dicapai bisa membuat anggota kelompok frustasi dan kehilangan kepercayaan pada pemimpinnya. Bila seperti ini yang terjadi, maka kelompok bisa bubar bahkan sebelum mencapai separo perjalanannya DISCOVER Kegiatan pencarian orang hilang ( SAR) hanyalah sebuah analogi dalam menumbuhkan kreatifitas serta keberanian untuk menemukan sesuatu. Dalam SAR, diperlukan beberapa kali menyisir bukit dan jurang, menyibak belukar dan berjibaku dengan duri untuk menemukan korban. Tidak jarang dalam sekali misi SAR, korban belum ditemukan, meskipun area pencarian sudah sesuai dengan informasi yang ada. Pemimpin yang keren selalu bisa membuat terobosan yang bahkan kadang tidak terlintas dibenak anggotanya, mudah memang menulisnya namun dalam kenyataannya sulit setengah mampus! Dibutuhkan kreativitas dan keberanian dalm mengarungi ketidak pastian untuk menemukan hal yang baru. Membuat terobosan dalam bidang apapun pasti memerlukan lebih dari satu kali percobaan, tidak jarang 10 kali gagal dari 10 percobaan. Pemimpin harus menyadari hal ini, dan yang paling penting adalah harus tanggap terhadap perkembangan. Pembaharuan metode, teknik dan cara kera kadang harus dilakukan untuk mengikuti perkembangan. Berapa banyak organisasi maupun perusahaan yang tidak mampu lagi berkompetisi dalam kemajuan teknologi dan budaya kekinian karena pola organisasi, metode dan teknik yang tidak pernah diperbaharui. ENDURANCE Bila kita membaca sejarah, banyak tokoh yang menjadi seorang pemimpin memiliki daya tahan yang lebih, baik dalam ketahanan fisik, metal dan kemampuan berpikir. Seorang pemimpin saya pikir wajib untuk memiliki daya tahan yang kuat supaya tetap mampu menjaga arah, memandu dan berpikir jauh untuk mencari terobosan agar tujuan yang digagas tercapai. Selama 3 hari dalam tekanan alam ( hujan deras, berkabut, dan kurang tidur) serta tumpukan tugas dari instruktur mulai membuat manajemen resiko, analisa lingkungan, hingga pemetaan lapangan hanyalah simbolisasi bahwa diperlukan daya tahan yang kuat agar tetap bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Memang mudah untuk berpikir jernih dikala stamina segar, tubuh tidak capek dan tanpa tekanan. Bagaimana bila semua kondisi itu berkebalikan? Stamina yang sudah tidak 100%, kondisi yang penuh dengan tekanan dan ketidakpastian? Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki daya tahan yang cukup kuat hingga dia mampu menjadi lokomotif yang bisa menarik semangat dan kinerja timnya. Kalo lokomotifnya saja mogok, sudah tentu kereta pasti berhenti.   FACILITATE Pemimpin haruslah orang yang luar biasa dan memiliki kualitas diatas rata – rata, itu saya sangat sepakat dan mungkin dia akan menjadi seorang yang luar biasa, mungkin yaahhh.. agak – agak mirip superman lah. Bagaimanapun juga, seorang pemimpin bagi saya haruslah lebih dari sekedar orang yang jagonya luar biasa, tapi juga seorang yang juga bisa membuat orang disekitarnya juga menjadi luar biasa seperti dia. Pemimpin haruslah bisa memfasilitasi semua orang dalam timnya untuk bisa menjadi orang yang lebih pinter, lebih maju dan lebih kuat dari sebelumnya. Harus diberikan fasilitas bagi orang dikelompoknya untuk mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik lagi, seorang pemimpin harus mendampingi dan memastikan bahwa semua orang yang bersentuhan dengannya harus mendapatkan peningkatan diri. Dan menjadi pemimpin tidak harus menjadi ketua atau atasan organisasi tertentu, setiap orang harus bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.  

PERSAMI GUDEP HOME SCHOOLING

persami

Ini adalah kali kedua gudep kami mengadakan persami, kemah pertama di bulan Juni kemarin terbilang cukup sukses. Walaupun saya menyebutnya dengan kemah “pupuk bawang”, karena 90% peralatan dan konsumsi disuplai oleh pihak ke -3, sehingga mirip dengan sebuah gathering keluarga dibandingkan dengan kemah pramuka.

Namun ada satu sesi yang memang khusus kita agendakan disana, yaitu memasak makan siang sendiri. Jadi pada kemah pertama, para Pembina memberikan pelatihan bagaimana cara menggunakan kompor gas lapangan dan kompor paraffin, kemudian memasak dengan peserta yang memang belum pernah sekalipun berkemah. Silahkan berimajinasi sendiri bagaimana keseruan dan bentuk makan siang mereka …. Karena dari awal sudha kita berlakukan untuk semua ( termasuk Pembina dampingnya) “ dilarang membawa mie instant” hahahhaha … ternyata mereka membawa roti. Good one.

Kemah bulan Juni kemarin, yang merupakan kemah perdana dan pelantikan anggota gudep, ditandai dengan penyematan setangan leher oleh orang tua masing – masing serta pengucapan trisatya.

Kemah ke-2, bulan 1 – 2 november kemarin level ketrampilannya ditingkatkan. Semua peserta wajib membawa tenda dan masak makanan sendiri. Sebelum acara perkemahan ini, beberapa pertemuan latihan diberikan materi yang mendukung kemamuan untuk berkemah secara mandiri. Tali – temali, pasang bongkar tenda hingga 2 kali pertemuan dan halang rintang. Saat latihan tenda ini, serius sekali mereka berlatih, bahkan orang tua yang mengantar anak – anak berlatih juga tak kalah serius melihat dan mencoba. Maklum saja, bila mereka gagal untuk mendirikan tenda, bisa jadi satu keluarga bisa tidur sambil star gazing di lereng arjuno – welirang. Taruhan saya, menemukan bintang baru belum tentu, masuk angin jelas sudah bisa dipastikan.

Sabtu pagi, kumpul di pelataran masjid Al-akbar jam 9, setelah itu bersama akan berangkat ke trawas bersama. Saya tidak ikut rombongan berangkat dari Surabaya. Kami sekeluarga berangkat dari malang, dan baru tiba malam hari….. hehehehe.

Oh ya, kemah kali ini juga ikut nimbrung guru – guru yang tergabung dalam MGMP Sidoarjo. Mereka ingin sharing tentang kegiatan pramuka disekolah, dan ini lebih hot lagi karena bukan pramuka di sekolah normal. Tapi ini adalah pramuka yang anggotanya anak – anak home schooling. Saya tidak bisa menulis apa isi diskusi tersebut dan memang belum sempat ngobrol bareng wak kaji tentang apa isi dialog malam itu. Malam itu saya lebih sibuk membakar jagung, menghabiskan ubi cilembu serta mendirikan tenda saya yang masih terbungkus rapi hehehehehe. Kayaknya ini lebih penting dari pada tidur star gazing di trawas.

IMG-20141105-WA0017

Minggu pagi, acara senam pagi dimulai pada pukul 5.30 dengan senam pramuka yang dipandu oleh pembantu Pembina dari pramuka ITS, dengan laptop yang sedang memutar video senam pramuka, kedua orang ini memimpin senam dengan amat lancer. Kemudian dilanjutkan dengan penguin dance, terus terang saya juga ndak begitu paham dengan joget aneh ini. Tapi okelah untuk menghangatkan pagi di trawas yang dingin ini.

Sementara anak – anak bergiat senam pagi, orang tua juga tidak kalah sibuknya. Mereka berklutak – klutik di dapur umum. Jadi para orang tua ini sepakat untuk mendirikan dapur umum, sehingga proses memasaknya bisa jadi lebih mudah bila dibandingkan dengan per tenda. And guess what their breakfast this morning? Egg sandwich… hahahaha, saya kira itu ide yang cukup brilian, cepat, ringkas dan enak. Sayang ini korsp Pembina merupakan kumpulan jawa tulen, harus nasi!! Roti hanya cemilan hahahaha

IMG-20141105-WA0010 IMG-20141105-WA0015

Penjelajahan pagi mempunyai misi untuk mencari 5 benda misterius, yang bila diterjemahkan secara jelas artinya mungutin sampah sepanjang rute yang kita lewati. Lama juga tidak jalan – jalan ditengah hutan pinus, agak berat juga apalagi dengan Haqi yang minta panggul sejak 10 m meninggalkan garis start “ yah, haqi panggul, haqi kesel hehehehehe” anggap saja tas karier 15 kg nangkring di pundak.

Ditengah perjalanan ada satu pemdangan yang aneh, sebuah lintasan flying fox yang sangat panjang, membentang melintasi jurang dan berujung di bukit seberang. Sling baja tersebut kelihatan masih baru dan tidak ada bekas pernah dipakai, entah baru dipasang atau memang terlalu menyeramkan untuk dipakai.

Penjelajahan pagi ini berlangsung hampir 1 jam, itupun sudah dilengkapi dengan berbagai sesi foto – foto hehehehe. Tiba di bumi perkemahan, jeda 30 menit untuk sarapan sebelum sesi latihan dimulai.

Pagi ini,kami sarapan dengan nasi pecel plus peyek hasil rampokan dari rumah ibu hehehehe. Kemah ke -1 kemarin, saya membwa perlengkapan memasak lengkap.bahkan bumbu pun kami buat di buper dengan. Namun kali ini saya agak malas, dengan istri, kami sepakat untuk membawa pecel saja, dan sayur akan kami beli ditrawas. Jadi barang bawaan kami jauh lebih simple dibandingkan kemah 4 bulan yang lalu.

Latihan hari ini akan dibagi menjadi dua kelompok, perindukan siaga akan bermain flying fox dengan didamping mas Acep. Dan saya ketiban rejeki untuk melatih prusik pasukan penggalang. Terakhir saya prusik adalah 14 tahun yang lalu di gudep ITS, dengan berat badan 57 kg, dan sekarang 65kg……

IMG-20141105-WA0003 IMG-20141105-WA0005

Saat pembagian kelompok latihan, “ Kak ayo kita main flying fox,” ndak ada penggalang main flying fox, masak regu naga main sama siaga. Ayo sini kita belajar manjat tali. “Lah masak bisa manjat tali, serius lo kak?” timpal mereka. Bisa, ayo kumpul sini, nanti kita belajar caranya.

Pertama, kita kenalkan cara penggunaan tali tubuh,meskipun ada harness. Ingin kita tanamkan bahwa harus mengerti “the hard way” dan “the easy way” dalam rope skill. Setalah semua bisa dan mengerti, diberikan contoh bagaiaman prusik itu. Saat pertama kali melihat proses memanjat tali, “ woaaa itu ndak putus nanti?”. Hahahaha sukseslah membuat penasaran. Sesi latihan kali ini sangat menyenangkan, mungkin perlu dibawa ke latihan rutin sehingga lebih familiar dan akan lebih mudah mengajarkan rapling kedepannya.

IMG-20141105-WA0000 IMG-20141105-WA0014

Kemah ke-2 ini jauh lebih cair dan tertata dibandingkan dengan 4 bulan yang lalu, sedikit demi sedikit saya rasa perkemahan kami akan menuju sebuah perkemahan yang mandiri sepenuhnya, bahkan salah seorang ibu berkata “ tidak apa sekarang saya repot begini, barang bawaan banyak. Kedepan kami akan hanya mengantar mereka ke tempat pemberangkatan saat ada persami lagi”

Dan kami mulai bergosip bahwa persami mendatang kita akan pindah arena, 2 kali kemah di gunung dan bergiat di gunung, ada baiknya kemah mendatang kita boyong di area pantai dan bergiat di laut.