Mengunjungi Banyuwangi lewat jalur utara, melalui Situbondo menurut saya tidak seseru melalui jalur selatan. Panas dan pemandangannya kurang asoy, kecuali anda mau singgah menyelam di Pasir Putih situbondo, atau sekedar melihat kepingan sabana afrika di tanah Jawa yang ada di taman nasional Baluran. Tahun 2002 dulu,saya bersama teman – teman pramuka Situbondo pernah survey di Bajul mati,sebuah sungai dengan areal yang cocok untuk dijadikan lokasi berkemah petualang. Namun sekarang kalo mau kemah disini lagi bakalan ndak mungkin, wong terakhir lewat sini 1 tahun lalu sudah proses pembangunan bendungan.
Bila anda penyuka travelling dengan motor (baca touring), maka melintasi jalur selatan propinsi Jatim merupakan hal yang patut untuk dicoba. Dijamin gak ngantuk deh, dengan jalur yang banyak kelokan berpadu dengan tanjkan serta turunan akan selalu membuat kita untuk tidak lengah dibelakang kemudi. Jalur yang pernah saya lewati berkendara yaitu dari Banyuwangi – Kali baru – jember – Lumajang – Pasirian – Pronojiwo – Ampel gading – Turen – Gondang legi – Kepanjen – Sumberpucung. Sebenarnya bisa terus masuk jalur lintas selatan yang baru dibangun, dari Turen bisa menuju arah pantai Sendang Biru di Sumbermanjing Wetan lalu mengikuti jalur selatan hingga Trenggalek. Untuk yang terakhir ini saya kira – kira aja lo, kalo jalan kaki sih sudah pernah tapi kalo berkendara masih belum. Namun menurut info terakhir jalannya sudah teraspal hot mix
Lewat jalur selatan dari arah Jember menawarkan sensasi yang berbeda, saya lebih suka lewat jalur ini. Lebih sejuk dan banyak lokasi eksotis untuk sekedar melepas lelah. Lepas dari Banyuwangi memasuki gelnmore anda bisa mampir untuk membeli pia glenmore yang rasanya oke punya, mohon maaf bakpia pathok, kalo di adu secara rasa, Jogja harus minggir sebentar. Pia ini hanya dijual disatu toko saja, dimana dibelakan toko tersebut adalah tempat pembuatan pia tadi. Rasanya pun macam – macam, dan dijamin fresh from the oven karena hari itu dibikin hari itu juga habis terjual di tokonya. Sayang saya tidak mengambil foto toko dan bentuk pianya. Anda harus coba pia ini!!
Masuk wilayah Kalibaru,nah rute favorit saya dimulai dari sini. Udara sejuk dari hutan pinus dan perkebunan tebu menyapa, sangat menggoda untuk sekedar menurunkan kaca mobil dan mematikan AC untuk menikmati udara yang langka di Surabaya. Ada yang khas dari wilayah ini, yaitu kios – kios pinggir jalan yang menjual berbagai peralatan rumah tangga macam panci, wajan,cobek batu dan peralatan alumunium bisa kita jumpai disini. Mungkin barang yang mereka jual adalah produk local orang sini, tidak bisa saya pastikan karena tidak sempat berhenti untuk sekedar mencari informasi. Di sini juga terdapat sebuah resort yang terletak diantara rerimbunan pohon pinus dan perkebunan tebu. Resort Kalibaru, kalo dilihat sepintas jalan sih kayaknya bagus dan cocok bagi pasangan yang mau berbulan madu.Seppiiiiii.. jauh dari gangguan deh pokoknya hehehe
Menjelang masuk wilayah Gumitir jalanan mulai menanjak dan pepohonan semakin rapat, namun nggak perlu anda khawatir karena jalur ini merupakan jalur ramai. Banyak kok kendaraan yang melintas, motor aja banyak, paling tidak jauh lebih banyak dibanding dengan jalur lumajang – malang. Lebar jalan dijalur ini hanya cukup untuk 1 mobil saja, menyalip saya kira bukanlah pilihan yang bijak. Salah perhitungan sedikit bisa fatal akibatnya, tabrakan atau nyungsep di jurang. Silahkan pilih salah satu. Tapi banyak juga kok yang melakukan aksi salip salip sini, termasuk kami hehehehehe karena kurang sabar saat harus bejalan dibelakang truk yang berjalan layaknya siput saat menanjak. Lebih baik nyalip dari pada ini truk ntar mundur karena gak kuat, kan lebih sengsara. Oh ya, di jalur ini juga banyak melintas bus pariwisata maupun bus regular, jadi harus hati – hati.
Ahh.. tebing dan jurang berpadu dengan hijaunya pepohonan, giman nggak ngiler para kompeni dengan alam kita ini. Pantes aja betah banget tuh bule – bule. Eiit… apa tuh, bikin mata sepet aja. Pengemis!!! Sekali lagi P E N G E M I S, banyak sekali peminta – minta di jalur ini, mereka membangun pondok – pondok dari bamboo dengan atap sekedarnya kemudian mengemis kepada pengemudi yang lewat. Siapa guru yang mengajarkan kebodohan macam ini? mereka semua sehat, tidak sedikit pula yang masih muda usia produktif. Selain tenda pengemis banyak pondok yang dibangun untuk berjualan makanan. Kedai kopi dan mie instan paling banyak ada disini. Jadi ana bisa berhenti di beberapa tikungan yang cukup lebar dan mampir untuk sekedar minum kopi atau the sembari menikmati pesona alam gumitir. Untuk yang menghendaki tempat ngopi high class anda bisa mampir di café Gumitir yang terletak kira – kira ditengah jalur ini. Ditempat ini anda bisa juga menjajal permainan outbound, ATV atau berkuda berkeliling,selain fasilitas hiburan mushola dan toilet dengan kebersihan yang yahud juag tersedia.
Setelah melewati rute gunung ini anda memasuki kabupaten Jember, dan disini anda juga bisa mampir di kedai – kedai yang banyak tersedia di pinggir jalan sebelum memasuki rute gumitir. Saya belum pernah berkendara di sini dalam kondisi gelap, saya lebih memilih melaluinya siang hari agar bisa menikmati keindahan panorama gumitir. Mungkin akan lebih romantic lagi bila melaluinya saat senja atau pagi saat mentari baru saja muncul. Kabut tipis, lebatnya hutan berpadu dengan seduhan kopi merupakan kombinasi dahsyat yang sulit untuk dicari tandingannya. Ahhh… mengingatkan memori 9 tahun silam, menyeduh kopi sambil melihat siluet gunung Penanggungan mengiringi undur dirinya sang surya….