st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:1 135135232 16 0 262144 0;} @font-face {font-family:”Arial Narrow”; panose-1:2 11 5 6 2 2 2 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} @font-face {font-family:”\@SimSun”; panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:1 135135232 16 0 262144 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:SimSun; mso-fareast-language:ZH-CN;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
Mudahnya geram geram dan pengen gamaparin orang di jakarta, apa emang karena kurang sabar aja ya??? hehehehe
Jakarta, bagi orang Indonesia memiliki daya pikat tersendiri untuk mendatanginya. Gemerlap kota besar dan tampat terjadinya peristiwa sejarah yang mengubah wajah republik ini terasa begitu menggoda untuk dikunjungi, pendek kata seperti gimana se tempatnya itu,ceileeee. Namun memang, ada kebanggan tersendiri bagi orang daerah yang mampu datang ke ibukota Negara kita, mengingat jarak dan halangan yang tidak kecil menghadangnya. Kalo diukur, panjang Negara kita itu dari Kairo sampe London, coba sudah melewati berapa Negara? Kalo ada orang Jerman tamasya ke Swiss, orang Belanda weekend ke Paris itu nggak hebat buat saya, coba lo pergi ke Papua sono, 5 jam pesawat dari Jakarta heheheheh jadi wajar kan kalo ada orang nggunung sangat bangga datang ke Jakarta dan melihat monas yang bagi orang Jakarta tidak lebih dari lapangan buat main layangan hehehehehe
Bila datang ke Jakarta untuk kali pertama dan tinggal hanya hitungan hari, mungkin terasa nyaman menikmati berbagai macam tempat yang bias kita jadikan tujuan rekreasi, terbentang dari ujung selatan sampe utara ada semua, tinggal pilih yang kelas baah, menengah atau atas. Tergantung duitnya situ juga sih. Namun semakin lama menetap di Jakarta dan mengikuti ritme kehidupan kota Jakarta, akan mulai terasa perubahan perilaku sosial, cara pandang serta pola piker terhadap lingkungan sekitar. Dengan inharmoni pembangunan Jakarta, pembedaan kelas masyarakat serta gaya hidup seperti sudah dibuat pola oleh pengembang, yang tak terlepas dari peran pemerintah yang setuju dengan konsep yang ditawarkan. Sangat sulit untuk menemukan public spaces dimana masyarakat bisa beraktifitas, berkreasi dan berinteraksi sesamanya. Super mall telah merubah fungsi dari taman2 kota sebagai tempat berkumpul, di mall manusia lebih terlihat sebagai makhluk individualis karena terbedakan oleh tebal tipisnya dompet yang menentukan tempat berkumpul. Semakin lama orang akan terbawa dengan pola hidup yang nyaman dengan diri sendiri dengan mengacuhkan lingkungan sekitar karena keinginan untuk melepaskan diri dari penatnya kota serta infrastrukturnya yang kurang bersahabat.
Memang sangat berat menjalani kehidupan di kota ini, city that never sleep dan memang bener kok. Pagi menjelang, udah banyak kok yang meninggalkan rumah menuju tempat kerja, dengan segala macam moda transportasi yang bisa mereka tempuh. Bus yang bentuk dan umurnya sudah layak untuk dimasukkan dalam dafatar barang museum berpadu dengan mobil sport mengkilat beradu cepat dengan motor. Setiap pengguna jenis moda transportasi ini memiliki tantangan emosional tersendiri saat melaju di jalanan, bus kota yang sebagian besar di kendalikan oleh sopir yang bahkan mungkin nggak punya sim, hingga saya sempat membuat jargon untuk ini “ kalo pengen sport jantung, naik aja kopaja” yahhh gimana lagi, sebentar jalannya kencengggg terus 5 detik rem mendadak, belok kiri lurus banting kanan terus kenceengggg lagi dilanjutkan dengan berhenti 10 cm di belakang kendaraan lain secara mendadak,belum lagi keamanan barang yang tidak terjamin selama naik angkutan. Walaupun begitu, saya termasuk penggemar setia angkutan ini kalo ngantor hehehhe. Yang sempat saya herankan, dari tahun 80-an, mungkin 70-an bus ini mungkin udah ada dan bentuknya ya gitu2 aja, 20-30 tahun kemudian, tetep aja bentuknya,makin jelek malah. Kenapa gubernur nggak meremajakan bus2 itu ya?mungkin banyak alasan yang mendasarinya, ato mungkin karena gubernur gak akan pernah naik kopaja dan metromini, jadi ngapain diurusin.
Pengemudi mobil pirbadi juga mengalami tingkat stress yang cukup tinggi, capek karena macet yang selalu terjadi dan harga bahan baker yang saat ini lumayan mahal. Saya salut kepada sopir mobil yang beredar di Jakarta dan kendaraan yang dibawa tidak mengalami goresan2, berarti adli banget tuh sopir, coba bayangin ya…. Di kanan ada metromini yang nggak bisa di prediksi jalannya mau kearah mana, motor motong2 jalan di depan, samping kanan dan kiri. Kalo sampe kena, ya jelas mobil dunk yang salah, kan lebih gede dari motor. Belum lagi kalo banjir, demo. Tapi masih enak sih dalam mobil, ada AC, full music dan bahkan TV.
Tingkat stress yang paling tinggi mungkin terjadi pada pengendara motor, cuaca yang tidak pasti, menjaga keseimbangan sehingga tenaga yang dibutuhkan lebuh besar dari pengemudi mobil, jalan yang pasti macet karena ga boleh lewat tol kan hehehehehe. Senin kemarin, pertama kalo ngantor bawa motor, aduh capek banget. Ga bisa meleng dikit, apalagi nglamun. Motor2 yang lain jalannya kan bebas berzig zag zig zug ria, kalo ga awas bisa tabrakan loh, disenggol atau ditubruk dari belakan saat lampu merah mungkin sudah umum. Teriakan2 bernada peringatan atau marah juga tak bisa lepas. Pengendalian emosi yang canggih diperlukan agar bisa menahan diri.
Hal – hal yang seperti ini terjadi hamper setiap hari, disadari atau tidak beban stres tersebut menumpuk sehingga saat menyendiri tanpa disibukkan oleh urusan orang lain akan menjadi waktu yang sangat berharga. Lama kelamaan rasa untuk mengenali dan bertanggung jawab terhadap kondisi yang terjadi disekitar lingkungan akan turun yang mengakibatkan sesorang cenderung apatis terhadap sekitarnya.
Amat disayangkan bila di tempat ini sulit untuk menemukan tempat dimana setiap orang bisa berinteraksi dengan sesamanya, memupuk komunikasi, menjalin informasi tentang isu2 yang ada sehingga akan timbul kesadaran bahwa kita dan semua yang ada di sekitar kita interdependent, perubahan kondisi dari satu faktor pendukung lingkungan akan mengakibatkan perubahan lingkungan secara umum. Dan bukankah kita adalah satu dari sekian ribu faktor pendukunga itu.